DI BAWAH LANGIT ILAHI


Mencoba merenungi makna hidup yang tengah dijalani, mencari jati diri yang masih bimbang ditelan peristiwa.

Menanti kapan semua akan berakhir, ahh belum kawan, perjuangan itu belum usai.
Masih menunggu air surga kembali menjamah kerongkonganku, hingga tak ada lagi lantunan syair selain menyebut asmamu.
Disini, di bawah langit sang pencipta,
aku,
dengan segala keterbatasan dan kelebihanku,
mencoba merubah apa yang menurutku tak pantas.
Semboyan itu : Amar Ma'ruf Nahi Munkar wa Fastabiqul Khairat akan terus menggema.
Tak lain dan tak bukan adalah untuk tuhanku,
berharap ridho atas semua perjuangan ini.
Disini, dibawah langit ilahi, aku sudah berjanji pada doa-doa itu,
akan kupersembahkan diriku bagi kebahagiaan dunia dan senyuman akhirat.
^_^

Jumat, 25 Februari 2011


“BISIKAN SANG MALAM”





Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
      Lailahaillallah huwallah huakbar...
Allahu Akbar Walillah Ilham...

          Suara gema takbir menyambut hari nan suci esok seakan-akan tak menghiraukan keadaanku saat ini.Lantunan kalimat suci saling sahut-menyahut antara dinding-dinding rumah para pendengarnya,membuat hati ini semakin meringis.Angin sepoi-sepoi,dan suara-suara petasan bak gemericik hujan,semakin membuat jiwa ini terpuruk.Bocah-bocah saling kejar-mengejar dibawah sinar rembulan yang hangat,membawa obor dan teriakan penuh kemenangan,semakin menambah pahitnya empedu dalam tubuhku yang memang sudah ditakdirkan untuk pahit.Ratusan bahkan ribuan penghuni kota Bogor saat ini telah membanjiri seluruh pelosok,sudut,maupun tikungan kota.Hanya sekedar ikut bersosialisasi dalam acara akbar yang menurutku cuma membawa mala petaka.

          Yah....mala petaka bagi pemuda berparas buruk sepertiku.Acara sakral yang selalu kunantikan kehadirannya,kutunggu kebahagiannya,dan kusaksikan kemeriahannya,hanya menambah goresan luka nan pedih.Dua tahun yang lalu saat Idul Fitri tiba yang kuharapkan membawa kedamaian,kesejahteraan,dan kemaslahatan bagi setiap insan justru merenggut semua orang yang kusayangi,kucintai,dan kudamba belas kasihnya.

          Saat itu aku bersama ayah,ibu,dan kedua malaikat kecilku berkeliling sekedar ikut berpartisipasi menyambut Hari Raya terbesar kedua umat islam saat itu.Yah...seperti yang kami lakukan di tahun-tahun sebelumnya.Tapi...naas!!!Saat ayah membelokkan mobilnya,tiba-tiba sebuah truk yang tak kami ketahui darimana asalnya lalu menabrak kendaraan kami hingga membuat semua terpelanting tak sadarkan diri.

********

          “Sabar...kuatkan hatimu ya nak.” Ucap bunda saat memori ingatanku sedikit demi sedikit mulai merekam suara halus diujung sana.Kudiam sejenak tak mengerti maksud bunda,berusaha menerka apa yang sebenarnya tengah terjadi.

          “Ja...ja...di...!!!”Sahutku lemah,terbata-bata,dan tak terasa air mata yang sangat mahal nilainyapun keluar dari pelupuk sendu kelopak mataku,yang jarang bahkan pelit untuk kubuang.

          “Ya nak...mereka telah menghadap sang pemilik jiwa.”Tambah bunda yang berusaha menutupi kesedihan diraut wajahnya.Hah...akhirnya kukeluarkan semua beban yang menerkam dalam pelukan bunda yang begitu hangat,dalam,dan semakin kuat.Makhluk Tuhan satu-satunya yang kumiliki saat ini.


********

          Di rumah duka,rumah pujaan ayah,rumah idaman bunda,dan rumah impian Anggun serta Anggi.Sekarang telah menjadi rumah kosong tanpa penghuni,sepi,sunyi,dan senyap.Mengerikan,yah...hanya suara alunan musik dan gambar-gambar tak berbobot serta tayangan-tayangan yang tak menyentuh yang ada bersama aku dan bunda saat ini.

          Dua bulan berlalu begitu cepat,kucoba melupakan sedikit demi sedikit goresan masa lalu yang pedih itu.Tapi...cobaan belum berakhir,sudah jatuh tertimpa tangga pula.Mungkin kalimat seperti inilah yang cocok untuk menggambarkan keadaanku.Bunda,makhluk satu-satunya yang aku miliki juga harus pergi meninggalkanku.Tak ada yang bisa kulakukan,selain mengeluh,mengumpat,menyalahkan diri sendiri,dan tak takutnya aku menghina Tuhan,mencemoohnya,dan menyalahkannya.

          “Oh...hebatnya aku telah menuntut Allah!!!Astagfirullah....ah tak pantas kusebut kalimat itu,toh tak ada gunanya.”Begitulah salah satu bisikan yang selalu menyertaiku,yang membuat diriku semakin nyaman dan semakin bangga dengan apa yang kulakukan.

          “Ah....brengsek,sialan,dasar manusia terkutuk,karena kau bundaku pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya.”Sekali lagi bisikan–bisikan halus yang penuh makna itu kembali mengaung-ngaung,menggerogoti isi perut,dan hatiku,bahkan pikiranku.Tapi...kali ini beda,bisikan ini bukan khusus untuk Allah,namun untuk Pak Hendro!!!Pak Hendro...siapakah dia???Pertanyaan ini pasti kujawab dengan bangga dengan semangat yang menggebu-gebu.

          Dia adalah makhluk paling menyebalkan,dan menjijikkkan.Dia bak serigala berbulu domba,malah lebih dari itu.Tuhan...sekali lagi kutanya padamu,dimana engkau saat iblis ini menipu keluargaku,saat serigala ini tak menggubris bundaku yang tengah sakit akibat ulahnya,dan yang mengambil seluruh harta kami.Dimanakah engkau???Kenapa kau kirim makhluk sebejat dia,dan mengapa harus engkau kirim pada keluargaku??

Ah...percuma,engkau tak akan bisa menjawabnya!!!Kurela tak sekolah demi kesembuhan bunda,kukerahkan seluruh jiwa dan ragaku untuk kelangsungan hidup.Kurintis kembali semangat dalam aliran darahku,kucoba mengembalikan imageku yang dulu kepada semua orang.

Sabar....kucoba pula seperti namaku,tapi...kenapa tak ada hasilnya???Apa yang salah,kami sudah sedekah,infaq,apalagi zakat.Semua perintahmu keluargaku menjalakannya,dan laranganmu sama sekali kami tak pernah mendekatinya.Namun...mana hasilnya,kau malah membuat kami semakin futur dan kufur.Tak ada yang menyukaiku,semua menjauhiku,wajahku tak semulus dulu,kegagahanku tak seindah dulu,dan sakuku tak setebal dulu.Sahabat yang dulu selalu bersamaku,sekarang tak satupun yang menjengukku,menemaniku atau menghiburku.Dasar...manusia yang lupa kacang akan kulitnya.Kecuali Danu,ya Danu...dia satu-satunya penyemangat hidupku,dia hanya seorang sahabat yang kutemukan di lorong-lorong sempit sekitar rel kereta api,saat hendak kuakhiri segalanya.Hah...masih beruntungnya diriku!!!Haha...


********

          “Mana Allah...mana!?!”Kuteriak sejadi-jadinya,tak sanggup kupendam rasa yang bergejolak,sahut-menyahut,salah-membenarkan didalam dasar jiwaku saat ini.

          “Astagfirullah...istigfar Bar...Mana Sabar yang tegar,yang selalu ceria disaat suka maupun duka.Apalah gunanya sebuah nama jika tak berpengaruh sedikitpun.”

          “Ah kau tak usah ikut campur Danu,urusi dirimu sendiri.Kau bukan aku,jadi tak akan kau mengerti perasaanku.Aku benci engkau Tuhan,apa maumu??.”Teriakanku semakin menjadi-jadi,dan...sekali lagi tangisan yang sama sekali tak kuinginkan kembali merembes membasahi kedua rona pipi ini.

          “Yang Tuhan mau kau dapat menjalani cobaan ini dengan kesabaran dan keikhlasan,tanpa mengeluh,dan selalu mensyukuri apa yang ada dan terjadi pada dirimu.Dan perlu kau tahu,aku sudah merasakan seperti yang engkau rasakan,malah lebih dari itu.Kuatkan imanmu Bar,keluarga,harta,teman,dan saudara hanya titipan,dan Allah berhak mengambilnya kapanpun dia mau.Jadi kau tak berhak sedikitpun untuk menghalangi kehendaknya.”

          “Cobaan..??Katamu cobaan,ini bukan cobaan tetapi ketidakadilan.Paham...!!!”Bentakan yang cukup keras dariku membuat suasana hening,kuhindari kondisi yang cukup memanas ini,aku tak tahu lagi apa yang dibicarakan Danu,aku tak peduli,aku tak butuh nasehat,aku hanya butuh kejelasan dari semua ini.


********

Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Lailahaillallah huwallah huakbar...
Allahu Akbar walillah ilham...

          Suara gema takbir kembali menyeruak keseantero kota,membasahi pagi nan cerah yang diselimuti kabut-kabut kebahagiaan.Aku hanya bisa melihat dari jeruji kamar yang agak mulai rapuh,menyaksikan derap langkah kaki para pengikut setia sang raja manusia.Kuperhatikan pula Danu,sahabat yang selalu tak kudengar nasehatnya,teman yang selalu kusalahkan,dan tak percaya atas semua kebaikannya.Hanya mampu tersenyum melihat kelakuanku yang mau tapi malu,ah..aku tak peduli.

          Satu minggu setelah hari raya akbar itu berlangsung,kegelisahan selalu melanda,mata tak pernah lelap selalu terjaga,alunan merdu gema adzan semakin menambah kepedihan dan kegelisahan didalam lubuk hati.Mimpi aneh dengan segudang wajah-wajah monster,keranda seolah-olah didepan mata,kematian bak menghampiri,semakin takut pabila malam telah larut,tak berani memejamkan mata,menangis seketika,pilu,dan menyayat bagi yang mendengarnya.Ini bukan halusinasi,bukan mimpi,tapi ini magic.Yah...keajaiban Tuhankah...???

          Bisikan aneh dimalam yang sunyi terus berdengung,bagai jutaan lebah yang siap menerkam,ayah dan bunda seolah-olah didekatku,siap menjemput anak kesanyangannya,atau...tak kuasa menahan beban karena ulahku disini,entahlah...!!!


********

          Seperti biasa,hari jum’at,hari yang paling mulia dari hari-hari lain,hari diciptakannya Adam dan Hawa,hari dicipatkannya bumi beserta makhluknya,serta hari dimana manusia akan kembali ke sang penciptanya.Danu,makhluk yang ku tak tahu kenapa Allah mengirimkannya kepadaku,untuk kesekian kalinya,entah keberapa ratus kalinya,kembali mecoba merayu diriku untuk mengikuti kegiatan keagamaan yang diselenggarakannya kurang lebih sudah berjalan 6 bulan lamanya.Dia menamakan kegiatannya HALAQOH,ah entah apalah itu,aku tak mengerti,dan aku memang tak akan pernah mau mencari tahu,aku tak butuh itu,aku butuh kesendirian bukan keramaian.

          “Bar ayolah kawan,tak kasihan kah engkau melihat mulut ini terus berbicara padamu.”Kubuang muka,seolah tak mendengar perkataannya.

          “Bar.....ihkwan-ikhwan yang lain sudah menunggumu diluar,ba’da halaqoh kita berencana untuk mengunjungi panti jompo.Ayolah,daripada kau bengong seperti ini,lebih baik kau ikut kami.”Tepukan penuh hangat nan damai darinya tak mampu membuat hatiku luluh.

          Percuma,yah kalimat itu yang pantas kubanggakan kepada diriku sendiri,bujuk rayu semanis apapun itu tak akan membuat raga ini tunduk.

Namun,kadang hati tak sejalan dengan ucapan,tapi...kenapa tiba-tiba rasa penasaran itu muncul,entah siapa yang membisikinya,aku mencoba mengintip dibalik cela tipis dari gubuk reot beralaskan tripleks milik Danu saat ini,anak jalanan yang menemukan hidayah ketika seorang uztadz masuk kampung alias wilayah kumuh.Bujuk rayunya berhasil untuk menginsyafkan beberapa teman seperjuangan maksiatnya dulu,dia seakan pencerah yang datang menerangi bumi reot anak jalanan dan penghuni kolong jembatan.Kejadian itu baru berjalan setahun yang lalu,akan tetapi makhluk Allah yang satu ini semakin kuat iman dan ibadahnya pada sang Rabbnya,lain hal denganku.Ah...tapi aku tak peduli,dia adalah dia,dan aku adalah aku,yang menanggung dosa yah diriku sendiri,bukan dia.

          Ah....sial,pengelabuanku diketahui,padahal apabila pendengaran ini diteruskan pastilah Danu akan senang,karena tak disangka,jin yang bersemayam dalam raga ini mulai kepanasan.Hmmm......pembahasan masalah AQIDAH ISLAM!!!Materi yang cukup mengasyikkan,namun itu tak akan mempan untukku.Mungkinkan diri ini sudah mulai iri untuk menjadi seorang yang INSYAF!!.Entahlah......
         
                                                ********
         
Seperti biasa,dihari yang sama,HALAQOH itu masih saja terus beraksi di rumah ini,memuakkan,mengesalkan,namun kenapa disisi lain ku merasa nyaman,damai,dan ah aku tak bisa menjelaskannya dengan untaian kata.Penyesalan mulai datang,tapi rasa bangga akan dosa juga merasa paling hebat,minum-munuman adalah surga untukku,wanita adalah bidadari bagiku,dan sakau adalah sarapan yang menyegarkan.

Namun mimpi-mimpi itu,keranda itu,ah semakin mengerikan.Rasa kalut menjelma bak serigala yang siap menerkam mangsanya,awan kelabu nan hitam pekat bukan hanya menghiasi singgasana langit diatas sana,sambaran petirnya mengenai ubun-ubunku.

Duuarrrr,wuuahhhh,sengatan listrik rohani yang sangat amat tak mengenakkan bagi penghuni-penghuni neraka yang ada dalam diriku.Bisikan-bisikan itu saling sahut menyahut bak masyarakat yang meminta upahnya dinaikkan segera,semakin merasuk ke dalam tulang-tulang rusuk yang belum sempurna keberadaannya saat ini.
Aneh,nyata,tapi itu pasti,itu benar,dan itu pasti akan terjadi,kau tinggal menunggunya Sabar.Itulah kalimat yang terlalu puitis yang selalu menemani malamku,laksana anak-anak bangsa yang mendayu-dayu ketika membawakan puisi kerohanian yang diiringi instrumen nasyid yang memuakkan.Ah...kenapa semuanya kelam,aku meronta,sakit,dan semakit terasa sakit,aku kalut,takut,bayang-bayang kemaksiatan itu menghantuiku,semakin dalam saat ayat-ayat suci diteras rumah dikumandangkan,aku berteriak sekencang-kencangnya.

          “Assalamu A’laikum...”Suara Danu membuatku semakin takut bercampur rasa gugup.Kusumbat kuping,kututup mata dan seluruh wajahku,kumeronta bak orang yang tak waras.Semakin keras diiringi teriakan yang mencekam,dan...brukk!!!Aku tak tahu apa yang terjadi,semua berubah menjadi hitam,kelam dan pekat.
         
“Alhamdulillah....kau sudah sadar Bar.”Wajah Danu yang sedikit pucat berubah menjadi rona-rona merah,bercampur atas tawa dan khawatir.Hiks...hiks...suara tangisan terdengar,semakin menjadi-jadi dengan isakan yang begitu memukau.Dekapan hangat sang sahabat membuatku sedikit tenang.
         
“Astagfirullah...maafkan hambamu ya Allah...betapa hinanya diri ini,betapa bodohnya,betapa biadabnya diri ini ya Allah!!!”Apa...???Aku tak percaya pernyataan yang begitu haru keluar dari bibirku,yah dari bibir seorang Sabar.Aoww...sakit,jadi ini bukan mimpi,yah aku yang berbicara,bukan makhluk-makhluk aneh yang tak jelas rupanya,dan bukan suara batin yang tertekan,ini rintihan kalbu penuh dosa.Ini nyata dan benar adanya bukan halusinasi seperti biasanya.
         
“Subhanallah...terima kasih ya Allah kau kembalikan Sabar seperti yang dulu,terima kasih.Bar bersyukurlah Allah masih sayang padamu,dia masih membuka pintu maaf dan hidayah untukmu.Ambillah semua hikmah yang terjadi padamu selama ini Bar.”Kata-kata darinya semakin menambah mantapnya imanku dan rasa bersalah yang teramat dalam.
         
“Alhamdulillah...terima kasih Dan,kau begitu sabar mengurusiku,dan terima kasih atas doa-doamu selama ini untukku.Aku terlalu lancang menghina Tuhanku sendiri.Ya Allah sekali lagi terima kasih engkau masih membuka pintu maafmu untukku,dan secerca hidayah bagi hidupku.Terima kasih ya Allah.”
         
“Yang berlalu biarlah berlalu Bar,masa lalu biarlah menjadi penyemangat akan masa depan,ambil kebaikannya dan buang keburukannya.Semua telah diatur oleh sang Khalik,penyesalan tak ada gunanya,karena selalu datang disaat semua telah berubah.”Kubalas kelembutan kata-katanya dengan tatapan bening yang berkaca,kuhanya mampu tersenyum simpul dan malu.Terima kasih ya Allah engkau telah mengirimkan sahabat seperti Danu,wahai sobat semoga rahmat selalu tercurah padamu.Amin....!!!


********


          Hari berganti hari,bulan berganti bulan,dan tak terasa tahunpun telah berganti tahun,sungguh roda kehidupan yang diatur sedemikian rupa oleh sang pencipta.Semangat hidupku telah kembali,tak ada detik yang terbuang percuma,semua lillahi ta’ala,kulantunkan asmaul husna disetiap langkahku,dzikir disetiap senggangku,dan istigfar disetiap rutinitasku,serta tilawah disetiap solatku.Alhamdulillah....!!!

          Kurintis usaha bersama Danu,sekolah yang sempat tertunda kembali kuraih,wajah yang buruk rupa atas izin Allah kembali kumiliki,dan kurasakan diriku lebih baik dari sebelumnya.Tak ada kata yang dapat kuucap selain terima kasih ya Rabb!!!
Wahai Ayah,duhai Ibu semoga kita bisa bertemu di alam surga nan damai nan jauh disana.!!!









********


Tidak ada komentar: