DI BAWAH LANGIT ILAHI


Mencoba merenungi makna hidup yang tengah dijalani, mencari jati diri yang masih bimbang ditelan peristiwa.

Menanti kapan semua akan berakhir, ahh belum kawan, perjuangan itu belum usai.
Masih menunggu air surga kembali menjamah kerongkonganku, hingga tak ada lagi lantunan syair selain menyebut asmamu.
Disini, di bawah langit sang pencipta,
aku,
dengan segala keterbatasan dan kelebihanku,
mencoba merubah apa yang menurutku tak pantas.
Semboyan itu : Amar Ma'ruf Nahi Munkar wa Fastabiqul Khairat akan terus menggema.
Tak lain dan tak bukan adalah untuk tuhanku,
berharap ridho atas semua perjuangan ini.
Disini, dibawah langit ilahi, aku sudah berjanji pada doa-doa itu,
akan kupersembahkan diriku bagi kebahagiaan dunia dan senyuman akhirat.
^_^

Jumat, 25 Februari 2011


“CERMIN TANPA KACA”



          Volendam ,merupakan salah satu kota wisata yang unggul di Amsterdam,Belanda.Tempat indah itu membuatku betah menjalani hari-hari mudaku saat ini.

Sebelum matahari terbit ,ku sudah bangun.Pulang sore ,tengah malam bahkan tak pulang sama sekali. Makan tak teratur ,kamar berantakan dan ah...sebagai pemuda yang hidup sendiri sepertiku,ini sudah hal biasa. Papaku Marco dan mamaku Karzah penganut setia Yahudi, kuputuskan untuk berpisah dengan mereka. Aku tak tahan dengan keyakinan yang mereka  jalani. Keyakinan yang ku anggap tak masuk akal, mamaku Mesir tulen diusir oleh keluarganya hanya karena ingin mengikuti  keyakinan papaku,orang Amerika.

 Kristen Koptik Ortodoks. Yahh...itulah keyakinan keluarga mama.Aku benci cara mereka memaksaku.Tak boleh inilah ,tak boleh itulah. Ah...aku muak dengan semua itu. Sampai kuputuskan untuk memilih islam sebagai agamaku. Meski hidup susah, tapi aku yakin Allah selalu bersamaku,bersama orang-orang yang benar!!!


********

Pagi ini salju turun begitu lebat, itu artinya tugasku sebagai satpam ditaman bermain iftoling harus ku tunda untuk sementara.Dimusim sedingin ini mana ada pengunjung yang datang.
Ku nikmati teh hangat lengkap dengan roti tawar,makanan terakhir  yang ku miliki sekarang.

Tapi kehangatan itu sirna,tak sengaja kulihat seorang gadis manis berambut panjang datang menghampiri gubuk tua diujung jalan sana.Rumah yang tak pernah kulihat siapa penghuninya. Hanya pohon apel dan beringin raksasa yang menemaninya.Selama 8 bulan keberadaan kudisini. Satu orang pun tak ada yang bercerita tentang penghuni rumah misteri itu.
Oh ya,kadang pula kulihat seorang lelaki berjas yang memasukinya,kadang pula lelaki berkumis tebal,wanita berkulit hitam ,pemuda seumuranku bahkan sesosok wanita muslimah.Aku semakin penasaran dibuatnya,kadang pula kulihat wanita islam itu menangis sesuai pamitan.Aneh,benar-benar aneh,apa gerangan yang sebenarnya terjadi,siapa mereka,apa tujuan mereka datang kerumah itu,seperti sudah direncanakan sebelumnya.


********

Suara merdu Josh Groban mengakhiri lamunan ku bersama hilangnya wanita dirumah tua itu.
”Assalamu alaikum...” Kubuka pembicaraan.
”Aku mamamu Paul...apa kau sudah gila??Kukira kau akan mengikuti nenekmu.Ternyata kau lebih memilih agama yang tak jejas rimbanya itu”.

Astagfirullah...suara Karzah.Yah suara mama yang sangat kucintai berbicara seperti itu padaku.
”Maaf mama,nama saya bukan Paul lagi tetapi Sayyid. Jangan paksa saya untuk mengikutimu.Ini keyakinan Sayyid,lagipula saya tak pernah melarang mama dengan agama yang mama jalani.Sayyid sudah capek ,muak...Wassalamu alaikum.”

Ku akhiri segera pembicaraan yang tak berguna itu ,aku sudah bosan menjelaskan kepada beliau dan aku sudah kehabisan ide untuk mengubah keyakinan mereka.Ya Rabb...kuatkan aku !!!
Ternyata mama belum puas juga.Kembali hp ini berdering. Sengaja tak ku angkat ,biarlah aku dicap sebagai anak durhaka. Hanya Allah yang tahu !!!


********

Hmm...kembali kuperhatikan rumah tua itu. Alhamdulillah rasa gundah ku selama ini terjawab sudah.Dibalik pintu rumah peot itu nampak jelas seorang gadis pirang tadi membawa keluar seorang nenek yang penuh dengan uban diatas kepalanya. Nenek itu memeluk erat gadis tadi sampai-sampai meneteskan air mata.
Aku terharu dibuatnya ,entah apa yang sudah terjadi...tak tahulah !!!Bersamaan dengan itu ,wanita muslimah yang kulihat beberapa waktu yang lalu datang menghampiri mereka berdua.Sungguh malang ,nenek yang kukira sudah lemah ternyata mencaci dan mengusir wanita itu.Aku semakin penasaran dibuatnya.

Ah...sial !!!
Suara ketukan pintu dari bawah sana menyudahi tontonan ku. Oh...ternyata madam Nahed.
”Thank you very much. God bless you...”
”Welcome ,God bless you too...”.

Kalimat terakhir dari madam itu menyudahi pertemuan kami.
Kubuka....alhamdulillah ternyata dua pak roti berselai lengkap dengan minuman botol. Cukuplah untuk lima hari kedepan.

          Beliau begitu baik kepadaku,dia sudah kuanggap seperti ibu sendiri.Dia muallaf sepertiku,dan kisah hidupnya tak beda jaulah denganku.Di Volendam muslim sepertiku dapat dihitung jumlahnya. Kira-kira puluhanlah,ditempat kerjaku saja hanya lima orang.Disini,di Belanda siapa yang kuat dia yang menang,kalau kau tak mampu memepertahankan keyakinan,siap-siap sajalah jadi santapan iblis sesat.


********
         
Teng...teng..teng...
Jam menunjukkan pukul lima,kukucek mataku yang masih sayup ini,krekkkk...sesekali bunyi tulang patah menghiasi gerakanku.
Seusai sholat subuh dan tilawah,kulangkahkan kaki  ini menuju rumah tua yang membuatku sangat,astagfirullah....kutampar wajahku,aoowww....ternyata bukan mimpi.

          Dibalik jendela tua ini,begitu jelas kulihat perbuatan mesum nenek peot itu dengan....What???lelaki berjas waktu itu,bukan itu saja,yah...lelaki berkumis,pemuda itu,dan masih ada dua orang lagi. Dengan senyum menggoda mereka bergantian memasuki kamar didekat patung anjing itu,dan kamar disamping dapur tua itu.

Naudzubillah..!!!
Wanita Negro dan gadis Cina keluar dari dua kamar sesat itu.Kututup mataku,kuberlari sekuat mugkin.Brukkk....bunyi pintu rumah tua ini,dindingnya bergetar hebat,tiang-tiangnya bergoyang linglung.

          ”Ja..jadi..rumah itu...astagfirullah!!!Terus siapa dua wanita yang kemarin.Siapa mereka??.” Pertanyaan itu kembali mengusik batinku.

          Bukan sekali itu saja kemaksiatan itu kulihat,kadang pula nenek yang kudengar namanya sering disebut Konstantin sering melancarkan aksinya dengan merokok,berjudi,minum alkohol,dan masih banyak lagi.

Agama apakah yang dia anut,sehingga tabiatnya bagai Satanic,alias syaitan.Sudah sering mulut ini mengingatkannya,cuma diiiyakan,tapi sama sekali tak dihiraukan.


********


          Muslim salju berakhir juga,kembali diriku disibukkan dengan pekerjaan mulia itu.Tapi tak ada yang lebih mulia ketika diriku diminta oleh Yaneq,teman kerjaku untuk mengajarkan islam kepadanya dan muallaf-muallaf lainnya di desa tempat ia tinggal.Tak habis-habisnya bibir bersenandung syukur.

          Dua bulan berlalu....
Tak sengaja kubertemu dengan wanita muslimah itu didepan studio foto Zwarthoed.Tanpa basa basi kucoba mengenal dirinya lebih dalam lagi.

Kesan pertama,dia adalah wanita yang sangat mudah bergaul bersahaja,dan sangat menjunjung tinggi nilai islam.Noura,yah itulah namanya,begitu indah seperti orangnya.Gadis Iran ini ternyata seorang muallaf sepertiku.

Hari berganti hari,mingu berganti bulan,seperti itu pula hubunganku dengan Noura.Sampai suatu hari dia mengajakku kerumahnya.Dan..betapa terkejutnya aku ketika kulihat foto nenek dan wanita pirang di rumah tua itu,sekarang sedang terpampang di dinding rumah Noura.Aku semakin bingung,benar-benar kehabisan ide untuk menerkanya.

”Hmmm...ini ibuku,adik perempuanku Kashmir,ayahku dan Louis kakak laki-lakiku.” Noura menjelaskan sisilah keluarganya tanpa kuminta dengan suara parau.

”Terus...dimana mereka semua??”

”Hmmm..kau pasti tahu ibuku,Kashmir dia seorang Yahudi,kakakku atheis dan ayahku kristen koptik.Ibuku,dulunya beliau kristen protestan.Tetapi sekarang sudah berganti keyakinan menjadi kristen katolik.” Tambahnya mengenang masa lalu itu.

”Aku...aku tak menyangka keluargaku akan seperti ini.Masih kuingat jelas betapa harmonisnya keluargaku dulu Sayyid.Tapi....setelah aku memeluk islam,semuanya jadi berantakan.Mereka menganggapku teroris,dan akhirnya mengusirku.Tak lama kemudian kudengar kabar...” Tiba-tiba Noura berhenti.

”Kemudian.....” Kusimak ceritanya dengan penuh tanda tanya.

”Ayah dan ibu bercerai,hingga membuat ibu stress dan memilih hidup menyendiri.Kemudian ayah menikah lagi dan menjadi seorang Pastor.Sedangkan Kashmir dan Louis,aku tak tahu dimana rimbanya.Mereka semua membenciku.”

”Sabar Nou,yakinlah dengan agama yang kau anut sekarang.Allah tengah mengujimu,karena Allah masih sayang kepadamu,semoga limpahan rahmat selalu menyertaimu.”

”Amin.....but..but just useless Sayyid.”
“Hmmm..why??.”

“Yeah,,,sudah berapa kali kunesahati ayah maupun ibu untuk kembali rujuk lagi.Terutama ibu,aku ingin beliau meninggalkan kemaksiatan itu.Aku ingin mereka semua berada dalam naungan Islam.” Serak suara Noura semakin membuat suasana hening.

“Aku paham maksudmu,aku juga ingin seperti itu.Tapi..mungkin Allah sudah berkehendak lain.Ini cobaan Nou.Ini cobaan atas keimananmu,tapi semua belum terlambat,aku akan membantumu membuka mata hati mereka.” Kucoba menenangkan Noura,walaupun aku tak habis pikir,kenapa semua seperti dalam sinetron,khayalan belaka.

Bla..bla…bla,Noura kembali bercerita,kusimak dengan seksama,kuberikan buah pikiran yang bias kucetuskan atas dirinya.Atas tegaknya Islam dimuka bumi ini.


********

Beberapa bulan kemudian…
Kuberanikan diri untuk meminang Noura,pertemuan sesingkat itu ternyata mendapat  keistimewaan tersendiri dari Allah.Demi menjaga fitnah dan menyempurnakan separuh agama,kamipun menikah dan menetap di Mesir.

Ahamdulilah kemampuan tehnik yang kumiliki dan honor Noura sebagai penulis mampu membiayai kehidupan kami.

Syaikh Syihab,ulama yang mengenalkan islam padaku sekaligus orang yang menikahkan kami,tiba-tiba memberiku kepercayaan untuk mengelola toko kain milik beliau.Maklumlah beliau tidak mempunyai anak, jadi tak ada pilihan lain. Sampai suatu hari Ibu dan Ayah datang berbelanja di toko kami.

”Paul . . itukah kau??Kemarilah nak mama ingin memelukmu. Kami rindu kau,adikmu John dan kakakmu Pretty ingin melihat kau.”

”Keluarga papa sekarang telah memutuskan mengikuti keyakinan keluarga mamamu nak. Apa kau tak senang...” Kata-kata papa barusan membuatku gunda gulana.

”Perkenalkan ini Noura istriku.Hmm...papa,mama!!! Sayyid hanya bisa berkata. Bercerminlah, walau itu di air yang keruh. Walau itu tanpa kaca sekalipun. Itu lebih baik daripada tidak sama sekali....” Kualihkan pembicaraan yang sungguh sangat amat tak mengenakan hati.

”Apa maksudmu Paul...mama hanya ingin kau kembali. Kau tak akan bekerja di tempat seperti ini,kembalilah pulang,apa kata orang kalau melihat anak pejabat negeri ini hidup miskin seperti sekarang.”

”Sudah berapa kali kukatakan mamaku sayang aku tak butuh kekayaan.Yang aku batuh ridho Allah. Semoga Allah memberimu hidayah wahai ayah dan ibu...”

”Kau..kau anak durhaka,kau berani mengguruiku,tahu apa kau tentang agama dan keyakinan haa...”  Umpatan mama membuatku hening sejenak.

”Itu tak berlaku,hanya Allah yang tahu siapa sebenernya yang durhaka...”

Tanpa kuminta mereka menjawab,kuajak Noura pergi meninggalkan pembicaraan yang sekali lagi hanya menambah dosa.


********


 Suatu malam saat istirahat,Noura mengajakku untuk pulang ke Volendam, dia ingin menemui ibunya. Aku tak bisa menolak,lusanya kami berangkat dan kutitipkan toko kain itu kepada Yaneq, teman kerjaku dulu.

Sesampainya di Volendam...
Astaghfirullah,apa yang telah terjadi,sekarang hanya puing-puing reruntuhan yang kutemukan.Kota kecil yang sangat indah itu kini tinggal nama. Kebakaran telah merenggut semuanya.Madam Nahed,ya rabb aku belum membalas kebaikannya,dimana gerangan beliau sekarang.

”Astaghfirullah...ibu..ibu...”
”Kuatkan dirimu Noura...”
”Ya Allah...ampunilah ibuku walau aku tahu itu tak mungkin terjadi.”

Aku hanya bisa diam, aku tahu betapa hancurnya hati gadis Iran pemberani ini. Tapi apa yang harus kuperbuat. Pintu hidayah tak sempat menghampiri beliau,sama halnya  dengan keluargaku saat ini.

Tak itu saja,aku sangat bersyukur,akhirnya,yah akhirnya  semua musuh-musuh Allah yang keji itu sudah menemui ajalnya.

Wanita negro,gadis cina,pemuda itu,lelaki berjas dan berkumis hangus terbakar sewaktu melakukan aksi maksiat di rumah tua itu, kuketahui hal ini dari koran yang tak sengaja kutemukan di jalan.

Layaknya pisau tajam yang mampu memotong apa saja,hatiku pun ikut tersayat melihat peristiwa yang memang sudah ditentukan oleh sang khalik  dalam Lauhul Mahfudz.Ulu hatiku peri menahan beban yang sangat berat ini.Aku tak mau kejadian itu menimpa kedua orang tuaku.Aku berharap secerca hidayah itu masih ada menerangi langkah keluargaku.


********

Tidak ada komentar: