DI BAWAH LANGIT ILAHI


Mencoba merenungi makna hidup yang tengah dijalani, mencari jati diri yang masih bimbang ditelan peristiwa.

Menanti kapan semua akan berakhir, ahh belum kawan, perjuangan itu belum usai.
Masih menunggu air surga kembali menjamah kerongkonganku, hingga tak ada lagi lantunan syair selain menyebut asmamu.
Disini, di bawah langit sang pencipta,
aku,
dengan segala keterbatasan dan kelebihanku,
mencoba merubah apa yang menurutku tak pantas.
Semboyan itu : Amar Ma'ruf Nahi Munkar wa Fastabiqul Khairat akan terus menggema.
Tak lain dan tak bukan adalah untuk tuhanku,
berharap ridho atas semua perjuangan ini.
Disini, dibawah langit ilahi, aku sudah berjanji pada doa-doa itu,
akan kupersembahkan diriku bagi kebahagiaan dunia dan senyuman akhirat.
^_^

Sabtu, 26 Februari 2011

BAGAIMANA MENJALANKAN PUASA 6 (ENAM) HARI BULAN SYAWAL ?

Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa cara yang paling baik dalam menjalankan puasa 6 (enam) hari bulan Syawal ?

Jawaban
Cara yang paling utama adalah berpuasa pada enam hari awal bulan syawal sesudah hari ‘Idul Fithri secara langsung, berturut-turut sebagaimana yang ditetapkan oleh para ulama, karena cara itu lebih maksimal dalam mewujudkan pengikutan seperti yang dituturkan dalam hadits, “Kemudian mengikutinya”
, dan karena cara itu termasuk bersegera menuju kebajikan yang diperintahkan oleh dalil-dalil yang menganjurkannya dan memuji orang yang mengerjakannya, juga hal itu termasuk keteguhan hati yang merupakan bagian dari kesempurnaan iman seorang hamba Allah, sebab kesempatan tidak selayaknya dibiarkan lewat percuma ; karena seseorang tidak tahu apa yang dihadapkan kepadanya di kesempatan yang kedua atau akhir perkara.

Inilah yang saya maksudkan dengan bersegera dalam beramal dan cepat-cepat mengambil kesempatan, sebaiknya seseorang menjalankannya dalam segala urusannya di kala kebenaran telah jelas nampak padanya.


PUASA 6 (ENAM) HARI BULAN SYAWAL
BAGI ORANG YANG PUNYA HUTANG PUASA WAJIB

Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bagaimana pendapat anda tentang puasa 6 (enam) hari bulan Syawal bagi orang yang berkewajiban membayar hutang puasa wajib ?

Jawaban
Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah sabda Nabi
r, artinya : “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari dari bulan Syawal, seolah-olah dia berpuasa sepanjang masa”[1]

Adapun jika seseorang masih menanggung hutang puasa lalu dia puasa enam hari, apakah dia boleh mengerjakannya sebelum pelunasan hutang Ramadhan ataukah harus sesudahnya ?

Misalnya : Seorang laki-laki berpuasa Ramadhan sebanyak dua puluh empat hari, masih terhutang atasnya enam hari, apabila dia berpuasa enam hari di bulan Syawal sebelum mengerjakan enam hari puasa pengganti Ramadhan, maka tidak bisa dikatakan : “Sesungguhnya dia berpuasa Ramadhan, dan dia mengikutinya dengan enam hari bulan Syawal ; sebab dia tidak dianggap berpuasa Ramadhan kecuali bila dia menyempurnakannya, atas dasar ini maka tidak ditetapkan pahala puasa enam hari bulan Syawal bagi orang yang mengerjakannya padahal dia masih punya tanggungan hutang puasa Ramadhan”

Masalah ini bukanlah termasuk hal diperselisihkan ‘ulama tentang bolehnya puasa nafilah (sunnah) bagi orang yang masih memiliki tanggungan puasa wajib, karena perselisihan itu terjadi pada puasa selain enam hari tersebut, sedangkan tentang enam hari yang mengikuti Ramadhan tidak mungkin ditetapkan pahalanya kecuali bagi orang yang telah menyempurnakan puasa Ramadhan.


[Disalin dari kitab Majmu’ Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Aqidah dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka Arafah]
_________
Foote Note
[1]. Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab Shiyam, Bab Disukainya puasa enam hari bulan Syawal (1164)


كيف نستقبل شهر رمضان؟
Bagaimana Cara Menyambut Ramadhan
 [ اللغة الأندونيسية ]



Para Da'i
Ahmad Nizaruddin



Editor
Eko Haryanto Abu Ziyad




1428-2007




Bagaimana Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Segala puji bagi  Allah yang menjadikan Ramadhan sebagai penghulu bulan-bulan dan melipatgandakan pahala kebaikan di dalamnya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah diturunkan Al-Qur’an kepadanya sebagai petunjuk, rahmat, nasehat, dan penyembuh bagi manusia.
Alangkah bahagianya kaum muslimin dengan kedatangan bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan ampunan, bulan kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan bulan pembebasan dari api neraka. Bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh segenap kaum muslimin. Bulan yang sebelum kedatangannya Rasulullah Saw. berdoa kepada Allah: “Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadan.” Bulan dimana orang-orang saleh dan para generasi salaf berdoa kepada Allah agar mereka disampaikan ke bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya, Mualla bin al-Fadhl berkata: “Mereka (salaf) selama enam bulan  berdoa kepada Allah supaya disampaikan ke bulan Ramadhan, dan berdoa enam bulan selanjutnya agar amalan mereka pada bulan Ramadhan diterima.” Kenapa mereka begitu bersungguh-sungguh memohon kepada Allah agar disampaikan ke bulan Ramadhan? Mari kita dengarkan sabda Rasulullah Saw. ketika beliau memberi kabar para sahabatnya dengan kedatangan bulan Ramadhan: "Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh setan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga dibuka hingga tidak ada satu pun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru: "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah; wahai orang yang mencari keburukan menyingkirlah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka". (H.R.Tirmidzi). Rasulullah Saw. juga bersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan di dalamnya puasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu langit, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan-setan. Di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan kebaikan malam itu maka ia sungguh telah diharamkan (dari kebaiakan).” (HR. Nasa’i dan Baihaki). Imam Ibnu Rajab al-Hanbali mengomentari hadits ini dengan perkataannya: “Hadits ini merupakan dasar dan dalil memberi ucapan selamat yang dilakukan kaum muslimin kepada muslimin lainnya dengan kedatangan bulan Ramadhan, bagaimana seorang mukmin tidak bergembira dengan dibukanya pintu sorga? Bagaimana seorang mukmin tidak bergembira dengan ditutupnya pintu neraka? Bagaimana orang yang berakal tidak bergembira dengan masa dimana setan-setan dibelenggu?” Hendaklah kita juga mencontoh para salaf dengan senantiasa berdoa kepada Allah agar disampaikan ke bulan Ramadhan yang penuh dengan berbagai macam keberkahan dan keutamaan tersebut.
Ramadhan adalah tamu istimewa. Adalah merupakan kewajiban bagi kita sebagai tuan rumah untuk menyambut kedatanganya dengan suka cita dan memuliakannya. Jika ada seorang presiden atau petinggi negara akan berkunjung ke rumah kita pasti kita akan direpotkan dengan berbagai persiapan untuk menyambutnya. Kita pasti akan menata dan memperindah rumah kita, menyiapkan makanan istimewa dan lain-lain. Ramadhan lebih dari sekedar presiden atau pejabat tinggi lain atau apa pun saja. Ramadhan adalah anugerah Allah yang luar biasa. Ramadhan adalah kesempatan untuk menyiapkan masa depan kita di dunia dan akhirat; oleh karenanya kita mesti mempersiapkan kehadirannya dengan persiapan yang paripurna agar kita bisa sukses meraih gelar takwa dan mendapat janji Allah yaitu ampunan dan bebas dari api neraka. Apa saja perkara yang harus dipersiapkan menjelang kedatangan tamu tersebut?
1)  Niat yang sungguh-sungguh
Ketika Ramadhan menjelang banyak orang berbondong-bondong pergi ke pasar dan supermarket untuk persiapan berpuasa. Mereka juga mempersiapkan dan merencanakan anggaran pengeluaran anggaran untuk bulan tersebut. Tetapi sedikit dari mereka yang mempersiapkan hati dan niat untuk Ramadhan. Puluhan kali Ramadhan menghampiri seorang muslim tanpa meninggalkan pengaruh positif pada dirinya seakan-akan ibadah Ramadhan hanya sekedar ritual belaka, ssekedar ajang untuk menggugurkan kewajiban tanpa menghayati dan meresapi esensi ibadah tersebut, jika Ramadhan berlalu ia kembali kepada kondisinya semula.
Tancapkanlah niat untuk menjadikan Ramadhan kali ini dan selanjutnya sebagai musim untuk menghasilkan berbagai macam kebaikan dan memetik pahala sebanyak-banyaknya. Anggaplah Ramadhan kali ini sebagai Ramadhan terakhir yang kita lalui karena kita tidak bisa menjamin kita akan bertemu Ramadhan di tahun-tahun berikutnya. Tanamkan tekad yang disertai dengan keikhlasan untuk konsisten dalam beramal saleh dan beribadah pada bulan Ramadhan ini. Ingat sabda Rasulullah Saw.: “Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan ikhlas maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu.”

2)  Bertaubat dengan sungguh-sunguh.
Setiap manusia adalah pendosa dan sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat” demikian sabda Rasulullah Saw. seperti yang diwartakan Ahmad dan Ibnu Majah.
Di antara karunia Allah adalah selalu mengulang-ulang kehadiran momen-momen kebaikan. Ada momen yang diulang setiap pekan, bulan, tahun dan lain-lain. Ramadhan adalah salah satu dari momen tersebut yang selalu datang setiap tahun. Ketika seorang hamba tenggelam dalam kelalaian karena harta benda, anak istri, dan perhiasan dunia lain yang membuat dia lupa kepada Rabbnya, terbius dengan godaan setan, dan terjatuh ke dalam berbagai macam bentuk maksiat datang bulan Ramadhan untuk mengingatkannya dari kelalaiannya, mengembalikannya kepada Rabbnya, dan mengajaknya kembali memperbaharui taubatnya. Ramadhan adalah bulan yang sangat layak untuk memperbarui taubat; karena di dalamnya dilipatgandakan kebaikan, dihapus dan diampuni dosa, dan diangkat derajat. Jika seorang hamba selalu dituntut untuk bertaubat setiap waktu, maka taubat pada bulan Ramadhan ini lebih dituntut lagi; karena Ramadhan adalah bulan mulia waktu dimana rahmat-rahmat Allah turun ke bumi. Mana para pendosa? Mana orang-orang yang melampaui batas? Mana orang-orang yang selalu bermaksiat kepada Allah siang malam? Mana orang-orang yang membalas nikmat Allah dengan maksiat, memerangi Allah di bumi-Nya, dan menentangnya dalam kekuasan-Nya? Segeralah bertaubat! Karena tak satu pun dari kita yang bersih dari dosa dan bebas dari maksiat. Pintu taubat selalu terbuka dan Allah senang dan gembira dengan taubat hambanya. Taubat yang sungguh-sungguh atau taubat nasuha adalah dengan meninggalkan maksiat yang dilakukan, menyesali apa yang telah dilakukan, dan berjanji untuk tidak kembali mengulangi maksiat tersebut, dan jika dosa yang dilakukannya berkaitan dengan hak orang lain hendaknya meminta maaf dan kerelaan dari orang tersebut.

3)  Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan puasa dan ibadah Ramadhan lain.
Menuntut ilmu wajib setiap muslim” (HR. Ibnu Majah). Ilmu yang Rasulullah Saw. maksudkan dalam hadits ini adalah ilmu yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah yang Allah wajibkan kepada setiap hamba. Setiap muslim wajib mempelajari ilmu tersebut; karena sah atau tidaknya ibadah yang dilakukannya tergantung dengan pengetahuannya tersebut. Seorang yang ingin melakukan shalat wajib mengetahui syarat-syarat atau rukun-rukun atau hal-hal yang membatalkan shalat dan lain-lainya, agar shalatnya sesuai dengan tuntutan agama. Begitu juga bulan Ramadhan di bulan ini Allah mewajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk berpuasa. Maka sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk membekali dirinya dengan hal-hal yang berkaitan dengan syarat-syarat dan rukun-rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, hal-hal yang dimakruhkan dan dibolehkan dalam puasa, hal-hal yang membatalkan puasa dan lain-lain supaya puasa yang dilakukannya sesuai dengan tuntunan syariah dan perbuatannya tidak sia-sia. Di samping pengetahuan yang berkenaan dengan puasa, pengetahuan-pengetahuan lain yang berkaitan dengan Ramadhan juga perlu seperti anjuran-anjuran, prioritas-prioritas amal yang harus dilakukan dalam Ramadhan, dan lain-lain agar setiap muslim dapat mengoptimalkan bulan ini sebaik mungkin. 

4)  Persiapan fisik dan jasmani.
Menahan diri untuk tidak makan dan minum seharian penuh selama sebulan tentu memerlukan kekuatan fisik yang tidak sedikit, belum lagi kekuatan yang dibutuhkan untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan shalat tarawih dan shalat sunnah lainnya, ditambah kekuatan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an dan beri’tikaf selama sepuluh hari di akhir Ramadhan. Kesemua hal ini menuntut kita selalu dalam kondisi prima sehingga dapat memanfaatkan Ramadhan dengan optimal dan maksimal. Melakukan puasa sunnah pada sebelum Ramadhan adalah salah satu cara melatih diri untuk mempersiapkan dan membiasakan diri menghadapi Ramadhan. Oleh karenanya Rasulullah Saw. mencontohkan kepada umatnya bagaimana beliau memperbanyak puasa sunnah pada bulan Sya’ban, sebagaimana yang diwartakan Aisyah: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Saw. berpuasa selama sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa (sunah) lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (Muttafaq Alaih)
Inilah diantara hal-hal yang mesti dipersiapkan untuk menyambut datangnya bulan kesabaran ini.

Amalan-amalan sunah pada bulan Ramadhan:
Selain puasa yang Allah wajibkan pada bulan Ramadhan ada berbagai amalan yang disunahkan pada bulan ini di antaranya:
  1. Mengkhatamkan Al-Qur’an
Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Quran. Pada bulan inilah Al-Qur’an pertama kali turun dari lauhul mahfuz ke langit dunia sekaliagus. Allah berfirman:

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)(al baqarah: 185)

Ibnu Abbas RA berkata; "Nabi (Muhammad SAW) adalah orang yang paling dermawan diantara manusia. Kedermawanannya meningkat saat malaikat Jibril menemuinya setiap malam hingga berakhirnya bulan Ramadhan, lalu Nabi membacakan al-Quran dihadapan Jibril. Pada saat itu kedermawanan Nabi melebihi angin yang berhembus."

Hadist tersebut menganjurkan kepada setiap muslim agar bertadarus al-Quran, dan berkumpul dalam majlis al-Quran dalam bulan Ramadhan. Membaca dan belajar al-Qur'an bisa dilakukan di dihadapan orang yang lebih mengerti atau lebih hafal al-Quran. Dianjurkan pula untuk memperbanyak membaca al-Quran di malam hari.
Dalam hadist di atas, mudarosah antara Nabi Muhammad saw dan Malaikat Jibril terjadi pada malam hari, karena malam tidak terganggu oleh pekerjaan-pekerjaan keseharian. Di malam hari, hati seseorang juga lebih mudah meresapi dan merenungi amalan dan ibadah yang dilakukannya.

  1. Shalat tarawih
Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa yang menghidupkan malam bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Shalat tarawih atau qiyam Ramadhan tidak ada batasannya. Sebagian orang mengira shalat tarawih tidak boleh kurang dari 20 rakaat, sebagian lain mengira tidak boleh lebih dari 11 atau 13 rakaat. Ini adalah pendapat keliru yang menyalahi dalil. Hadits-hadits menunjukkan bahwa shalat malam adalah perkara yang luas, tidak ada batasan yang tidak boleh dilanggar. Bahkan ada riwayat yang jelas mengatakan bahwa nabi Saw. pernah shalat 11 rakaat, terkadang 13 rakaat atau kurang dari itu. Ketika ditanya tentang shalat malam beliau bersabda: “Dua rakaat dua rakaat, jika seseorang diantara kalian khawatir masuk waktu subuh hendaklah shalat satu rakaat witir.”

  1. Memperbanyak doa
Orang yang berpuasa ketika berbuka adalah salah satu orang yang doanya mustajab. Oleh karenanya perbanyaklah berdoa ketika sedang berpuasa terlebih lagi ketika berbuka. Berdoalah untuk kebaikan diri kita, keluarga, bangsa, dan saudara-saudara kita sesama muslim di belahan dunia.

  1. Memberi buka puasa (tafthir shaim)
Hendaknya berusaha untuk selalu memberikan ifthar (berbuka) bagi mereka yang berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir korma sebagaimana sabda Rasulullah yang berbunyi:" Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun". (Bukhari Muslim) 

  1. Bersedekah
Rasulullah Saw. bersabda: “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan” (HR. Tirmizi).
Ibnu Abbas RA berkata; "Nabi (Muhammad SAW) adalah orang yang paling dermawan diantara manusia. Kedermawanannya meningkat saat malaikat Jibril menemuinya setiap malam hingga berakhirnya bulan Ramadhan, lalu Nabi membacakan al-Quran dihadapan Jibril. Pada saat itu kedermawanan Nabi melebihi angin yang berhembus."
Dan pada akhir bulan Ramadhan Allah mewajibkan kepada setiap muslim untuk mengeluarkan zakat fitrah sebagai penyempurna puasa yang dilakukannya.

  1. I’tikaf
I’tikaf adalah berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah. I’tikaf disunahkan bagi laki-laki dan perempuan; karena Rasulullah Saw. selalu beri’tikaf terutama pada sepuluh malam terakhir dan para istrinya juga ikut I’tikaf bersamanya. Dan hendaknya orang yang melaksanakan I’tikaf memperbanyak zikir, istigfar, membaca Al-Qur’an, berdoa, shalat sunnah dan lain-lain.

  1. Umroh
Ramadhan adalah waktu terbaik untuk melaksanakan umrah, karena umroh pada bulan Ramadhan memiliki pahala seperti pahala haji bahkan pahala haji bersama Rasulullah Saw. Beliau bersabda: “Umroh pada bulan Ramadhan seperti haji bersamaku.

  1. Memperbanyak berbuat kebaikan
Bulan Ramadhan adalah peluang emas bagi setiap muslim untuk menambah ‘rekening’ pahalanya di sisi Allah. Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan Baihaki dikatakan bahwa amalan sunnah pada bulan Ramadhan bernilai seperti amalan wajib dan amalan wajib senilai 70 amalan wajib di luar Ramadhan. Raihlah setiap peluang untuk berbuat kebaikan sekecil apapun meskipun hanya ‘sekedar’ tersenyum di depan orang lain. Ciptakanlah kreasi dan inovasi dalam berbuat kebaikan agar saldo kebaikan kita terus bertambah.
 “dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.”

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa memanfaatkan momentum Ramadhan untuk merealisasikan ketakwaan diri kita dan bisa meraih predikat “bebas dari neraka.” Amin
Wakullu Am wa Antum bikhair

المراجع:
        كتيب "من أعمال رمضان" لسماحة الشيخ عبد العزيز بن باز رحمه الله, دار ابن الأثير
        مطوية "رسالة عاجلة إلى من أدرك رمضان", دار ابن خزيمة
        مطوية "أخي ماذا أعددت لرمضان" لأزهري أحمد محمود, دار ابن خزيمة
        موقع: www.pesantrenvirtual.com


BAGAIMANA BERBUAT UNTUK ISLAM ?
[Seri Panduan Praktis]


*      1. Anda bisa berbuat untuk islam, bila niat dan tekad anda benar, maka Allah Subhanahu wata’ala akan memberkahi dan suatu perbuatan yang betul-betul ikhlas mencari keridhoan-Nya walaupun sedikit. Keikhlasan bila sudah menyatu dengan ketaatan walaupun kecil atau sedikit menurut kacamata pelakunya, namun ia ikhlas dan tulus. Maka keikhlasan dan penghambaannya kepada Allah akan sempurna dan Allah akan mengampuni dosa-dosa besarnya, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits “bitoqoh”.

*      2. Anda dapat berkhidmat umtuk islam, jika anda tahu jalan, lalu berjalan diatasnya. Jalan yang lurus adalah jalan yang sesuai dengan sunnah Rasulullah Subhanahu wata’ala dalam berda’wah, yang disertai kesabaran, kelemah-lembutan dan menyayangi manusia, karena mereka adalah orang-orang yang sakit karena maksiat dan dosa.

*       3.Anda berkhidmat untuk islam, bila anda memanfaatkan segala macam kesempatan dan peluang yang tersedia. Ini merupakan nikmat yang sangat besar, dalam berda’wah semua sarana boleh digunakan, kecuali apa yang telah diharamkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dan apa yang menyelisihi sunnah Rasulullah Subhanahu wata’ala. Dan dalam memanfaatkan semua sarana, haruslah berdasarkan dalil dan kaidah islam yang benar.

*       4.Anda berkhidmat untuk islam, jika anda mengutamakan kepentingan islam daripada kepentingan jiwa dan harta anda. Berkhidmat untuk islam artinya, perjuangan anda disertai dengan memberikan dan mengorbankan sesuatu yang mahal dan berharga untuk kepentingan islam dan kaum muslimin, baik itu harta benda, tenaga, waktu, pemikiran atau ide-ide maupun manfaat lainnya. Tidakkah anda melihat orang yang sangat senang olah raga khususnya sepak bola. Bagaimana mereka menghabiskan segala daya, waktu dan hartanya untuk mendukung tim yang dicintainya!? Maka anda harusnya lebih banyak berkorban daripada mereka dan jangan ragu-ragu. Karena bukanlah ia merupakan suatu “perjuangan” bila tanpa “pengorbanan”.

*    5.   Berbuat untuk islam, bila anda menempuh jalan yang ditempuh oleh para ‘ulama, para da’i dan orang-orang yang senang berbuat kebaikan dalam islam. Maka anda haruslah memiliki kesabaran dalam menghadapi segala tantangan dan cobaan, serta tahan sakit dan tahan lelah. Karena anda sedang melaksanakan suatu amanah dan ibadah yang sangat agung, yang telah diemban oleh para pejuang Allah, yaitu para Nabi dan Rasul Allah, dan orang-orang yang mengikuti jalan atau manhaj mereka.

*       6.Berkhidmat untuk islam, jika anda menjauhi sifat malas dalam berda’wah, sifat lemah dan pengecut. Karena sifat tersebut bukanlah sifat para pejuang Allah. Dan karena agama islam ini adalah agama kekuatan, keberanian dan selalu maju yang tidak mudah menyerah menghadapi “secuil” rintangan. Tidak ada yang menghambat laju da’wah melainkan sebab dari sifat loyo, malas, bertindak gegabah dan bodoh.

*      7. Anda bisa berbuat untuk islam, bila selalu menghubungkan hati anda dengan Allah U dan senantiasa memperbanyak do’a dan istighfar serta kontinyu didalam men-tadabburi ayat-ayat dari Al Qur’an. Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengkilatkan dan membersihkan kembali hati dan ruh kita agar mampu terus bekerja dan berda’wah, melainkan dengan memperbanyak dzikir dan mendekatkan diri dalam ketaatan serta menunaikan amalan-amalan sunnah.

*    8.   Anda berbuat untuk islam, bila anda memiliki hubungan dan senantiasa dekat dengan para ‘ulama, yang mempunyai andil besar dalam memperjuangkan dan memurnikan agama Allah ini. Karena dengan berjalan dan berda’wah dibawah bimbingan ‘ilmu dan arahan dari mereka merupakan suatu kebaikan yang agung dan sangat banyak manfaatnya.

*     9.  Berbakti untuk islam, jika anda mampu untuk memenej atau mengatur waktu harian, mingguan atau bulanan anda. Karena ada amalan-amalan yang hanya dapat diselesaikan dalam sehari, seminggu atau sebulan bahkan setahun. Contoh jadwal harian ; anda menda’wahi orang yang anda lihat setiap hari. Jadwal mingguan ; anda menda’wahi orang yang bisa anda temui atau kunjungi seminggu sekali. Jadwal bulanan ; berkumpulnya keluarga setiap bulan. Dan jadwal tahunan, seperti ; pertemuan akbar setahun sekali atau pergi haji dan umroh. Dan begitu seterusnya.

*       10.Anda bisa berbuat untuk islam, bila anda telah memberikan sebagian keinginan, waktu, pikiran serta ide-ide cemerlang dan sebagian harta anda untuk kemajuan islam. Sehingga islam menjadi sesuatu yang selalu diperjuangkan dan memang demikianlah semestinya. Dan islam senantiasa menjadi kebiasaan anda ; dalam berbuat, berjalan, berpikir dan berjuang serta duduk hanyalah untuk islam.

*      11.Anda berbuat untuk islam, bila setiap menemukan pintu-pintu kebaikan, maka anda bersegera menujunya dalam memberikan andil untuk islam, tidak ragu-ragu dan tidak mengakhirkan atau menunda-nundanya.

seruhlah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.”
[QS. An Nahl : 125]
“siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih “
[QS. Fushshilat : 33]


Diketik ulang dari buku “Bagaimana berkhidmat untuk islam”_Judul Asli “Kaifa Akhdumul Islam ?”_Penulis : Abdul Malik bin Muhammad Al Qasim_Penerbit : Pustaka Al Sofwa.

Dipublikasikan oleh Departemen Sosial dan Humas Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq Kendari
Sekretariat : Jl. Malaka (Depan Gerbang Utama) Kampus Baru – UNHALU. Telp : 395276

HADITS ARBA'IN NAWAWIYAH
] Indonesia [
الأربعون النووية
[ اللغة الأندونيسية ]

 


MUHYIDDIN YAHYA BIN SYARAF NAWAWI
محي الدين يحيى بن شرف النووي

Penerjemah: ABDULLAH HAIDHIR
ترجمة: عبد الله حيدر
Murajaah: DR.MUH.MU’INUDINILLAH BASHRI, MAERWANDI TARMIZI
مراجعة: د. محمد معين بصري - إيرواندي ترمذي


Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah
 المكتب التعاوني للدعوة وتوعية الجاليات بالربوة بمدينة الرياض
1428 – 2007
الإسلام بين يدي الملايين! شعار حملناه لنشر الإسلام الصحيح والفقه في الدين المستمد من الكتاب والسنة بفهم سلف هذه الأمة بعشرات لغات العالم

Daftar Isi
Hadits Pertama
 5
Hadits Kedua
9
Hadits Ketiga
14
Hadits Keempat
17
Hadits Kelima
21
Hadits Keenam
23
Hadits Ketujuh
27
Hadits Kedelapan
29
Hadits Kesembilan
32
Hadits Kesepuluh
35
Hadits Kesebelas
38
Hadits Keduabelas
40
Hadits Ketigabelas
42
Hadits Keempatbelas
44
Hadits Kelimabelas
46
Hadits Keenambelas
49
Hadits Ketujuhbelas
51
Hadits Kedelapanbelas
53
Hadits Kesembilanbelas
55
Hadits Keduapuluh
59
Hadits Keduapuluh satu
61
Hadits Keduapuluh dua
63
Hadits Keduapuluh tiga
65
Hadits Keduapuluh empat
68
Hadits Keduapuluh lima
73
Hadits Keduapuluh enam
77
Hadits Keduapuluh tujuh
80
Hadits Keduapuluh delapan
83
Hadits Keduapuluh sembilan
86
Hadits Ketigapuluh
90
Hadits Ketigapuluh satu
92
Hadits Ketigapuluh dua
94
Hadits Ketigapuluh tiga
96
Hadits Ketigapuluh empat
98
Hadits Ketigapuluh lima
100
Hadits Ketigapuluh enam
103
Hadits Ketigapuluh tujuh
106
Hadits Ketigapuluh delapan
109
Hadits Ketigapuluh sembilan
112
Hadits Keempatpuluh
114
Hadits Keempatpuluh satu
117
Hadits Keempatpuluh dua
118

الحــديث الأول
HADITS PERTAMA

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وأبو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
Kosa kata:
الأعمال ج العمل:  Perbuatan    
امرء      :    Seseorang
نوى            :   (Dia) niatkan
امرأة      :    Seorang wanita

Arti Hadits:
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan[1]) tergantung niatnya[2]). Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya[3]) karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaaburi di dalam dua kitab Shahih, yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).

Catatan:
1.   Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’i berkata: Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu bagian dari ketiga unsur tersebut. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata," Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata," Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
2.    Sebab dituturkannya hadits ini, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama: “Ummu Qais” bukan untuk meraih pahala berhijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Kandungan Hadist:
1.   Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan menghasilkankan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).
2.   Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.
3.   Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah.
4.   Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
5.   Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhaan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
6.   Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
7.   Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.


Tema-tema hadits:
1. Niat dan keikhlasan : 7 : 29, 98 : 5
2. Hijrah                       : 4 : 97, 2 : 218, 3 : 195, 8 : 72
3. Fitnah dunia            : 3 : 145, 4 : 134, 6 : 70, 8 : 67


الحـديث الثاني

HADITS KEDUA


عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ . [ رواه مسلم ]
Kosa kata :
 :                طلعTerbit / datang
أسند                 :Menyandarkan 
كفَّيه مثنى كف      :Kedua telapak tangan 
:    فخذيه مثنى فخذ Kedua pahanya                                                      انطلق: Berangkat / Bertolak
ركبتيه مثنى ركبة  : Kedua lututnya                                       أثر                 : Bekas
   الحُفاة ج الحافي: Telanjang kaki   
    أمارات ج أمارة: Tanda-tanda
   العراة ج العاري : Telanjang
:     رعاء ج راعي Penggembala
:           يتطاولون Saling meninggikan

Arti hadits :
Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam  suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia berkata, “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)

Catatan:
           · Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
           ·          Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam

Kandungan Hadist :
1.   Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
2.   Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
3.   Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata, “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.
4.   Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
5.   Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hamba-sahayanya.
6.   Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya selama tidak dibutuhkan.
7.   Di dalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.
8.   Di dalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.

Tema-tema hadits :
1. Iman : 2 : 285, 5 : 5, 6 : 82 dll.
2. Islam: 2 : 112, 4 : 125, 72 : 14, 40 : 66, 3 : 19, 5 : 3
3. Ihsan                : 18 : 30, 28 : 77, 17 : 7, 5 : 93
4. Hari akhir         : 7 : 187, 22 : 7, 31 : 34 .
5. Ilmu ghaib hanya Allah yang mengetahui: 2 : 3, 27:65,  6 : 50, 7 : 188
6. Belajar & mengajarkan Islam : 16:43, 21:7, 3:79, 9:122

الحـديث الثالث

HADITS KETIGA

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.      [رواه الترمذي ومسلم ]
         
Kosa kata :
سمعتُ  : (saya) mendengar            بُنِيَ (بَنَى)  : Dibangun

Terjemah hadits :
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Alh Khottob radiallahuanhuma dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Islam dibangun di atas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan.    (Riwayat Turmuzi dan Muslim).

Kandungan Hadist :
1.   Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak di atas tiang-tiang yang kuat.
2.   Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaan-Nya, membenarkan kenabian Muhammad shallallahu`alaihi wa sallam ,  merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.
3.   Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-adabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
4.   Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang sudah terpenuhi syarat-syarat zakat lalu memberikannya kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan.
5.   Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.
6.   Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’.
7.   Nash di atas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam hadits ini. Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda:
الإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ شُعْبَةً
“ Iman itu memiliki tujuh puluh lebih cabang “

8.   Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal.

Tema-tema hadits :
1. Wala’ dan Bara’ dalam syahadatain: 2 : 256, 16 : 36
2. Shalat     : 2 : 3, 19 : 31, 20 : 132,
3. Zakat      : 9 : 71, 19 : 55, 73 : 20
4. Haji         : 3 : 97, 2 : 196, 22 : 27
5. Puasa      : 2 : 183, 2 : 185.

الحـديث الرابـع

HADITS KEEMPAT      


عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ  الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. [رواه البخاري ومسلم].
Kosa kata  :
حدثنا : menyampaikan
 (kpd kami)
خَلْقه   : Penciptaan(nya)
بطن  : Perut
نطفة   : Setetes mani
علقة  : Setetes darah
مضغة  : Segumpal daging
المَلَكَ : Bentuk tunggal
 dari  ملائكة
يَنْفُخُ    : Meniup
أجله  : Kematian (nya)
شقيٌّ   : Celaka
سعيد  : Bahagia
ذراع   : Hasta (jarak antara
يسبق  : Mendahului
telapak tangan dan siku)

Terjemah Hadits :
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan: Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya. Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan syurga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli syurga maka masuklah dia ke dalam syurga. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Kandungan Hadist :
1.   Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah bahagia dan celaka.
2.   Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya masuk syurga atau neraka, akan tetapi amal perbuatan merupakan sebab untuk memasuki keduanya.
3.   Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Maka hendaklah manusia tidak terpedaya dengan kondisinya saat ini, justru harus selalu mohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).
4.   Disunnahkan bersumpah untuk mendatangkan kemantapan sebuah perkara dalam jiwa.
5.   Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil sebab-sebab serta tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hati karenanya.
6.   Kehidupan ada di Tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah menyempurnakan umurnya.
7.   Sebagian ulama dan orang bijak berkata bahwa dijadikannya pertumbuhan janin manusia dalam kandungan secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa belas kasih terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu menciptakannya sekaligus.

Tema-tema hadits :
1.   Pengorbanan seorang ibu yang mengandung : 31 : 14
2.   Teori reproduksi manusia  : 22 : 5, 23 : 14
3.   Takdir                        : 57 : 22, 64 : 11
4.   Husnul khotimah      : 2 : 132, 4 : 18





الحـديث الخامس

HADITS KELIMA


عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ  رَدٌّ.   [رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ]
Kosa kata :
أحدث    : Mengada-ada
ردٌّ   : Tertolak

Terjemah hadits:
Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya[4]), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak).



Kandungan Hadist :
1.   Setiap perbuatan ibadah yang tidak bersandar pada dalil syar’i ditolak dari pelakunya.
2.   Larangan dari perbuatan bid’ah yang buruk berdasarkan syari’at.
3.   Islam adalah agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan ibtida’ (mengada-adakan sesuatu tanpa dalil) dan Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam telah berusaha menjaganya dari sikap yang berlebih-lebihan dan mengada-ada.
4.   Agama Islam adalah agama yang sempurna tidak ada kurangnya.

Tema-tema hadits :
1. Kesempurnaan Islam : 5 : 3.
2. Bid’ah dan taklid       : 57 : 27, 17 : 36






الحــديث السادس
HADITS KEENAM

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى  الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ  لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ   مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ  أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ            [رواه البخاري ومسلم]
Kosa kata :
بَيِّنٌ       : Jelas
فسد(ت)     : Rusak
مشتبهات  : Samar/syubhat
أمور (أمر) : Perkara-perkara
اسْتَبْرَأ    : Membebaskan
اتقى        : Menghindar
وقع : Terjerumus, melakukan
عِرْضه  : Kehormatan (nya)
يرعى    : Menggembala
   الراعي: Penggembala,
                 pemimpin
يوشك     : Hampir, nyaris
الحمى    : Batas, pematang.
مضغة    : Segumpal daging
صلح(ت) : Baik, layak
Terjemah hadits  :
Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata, Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang  Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Catatan:
·         Hadits ini merupakan salah satu landasan pokok dalam syari’at. Abu Daud berkata: Islam itu berkisar pada empat hadits, kemudian dia menyebutkan hadits ini salah satunya.



Kandungan Hadist :
1.   Termasuk sikap wara’[5]) adalah meninggalkan syubhat.
2.   Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram.
3.   Menjauhkan perbuatan dosa kecil karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar.
4.   Memberikan perhatian terhadap masalah hati, karena padanya terdapat kebaikan fisik.
5.   Baiknya amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda baiknya hati.
6.   Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.
7.   Menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram serta haramnya sarana dan cara kearah sana.
8.   Hati-hati dalam masalah agama dan kehormatan serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan persangkaan buruk.


Tema-tema hadits :
1. Penetapan halal dan haram : 2 : 275, 16 : 115, 5 : 87
2. Menghindari syubhat          : 49 : 12
3. Kedudukan hati                : 26 : 89, 16 : 106, 22 : 46
4. Allah Maha Berkuasa (Raja) : 5 : 40, 114 : 2


الحــديث السابع
HADITS KETUJUH

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ   وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ . [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Agama adalah nasehat[6])[7]), kami berkata: Kepada siapa?  Beliau bersabda: Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya [8]). (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Kandungan Hadits:
1.   Agama Islam berdiri tegak di atas upaya saling menasihati, maka harus selalu saling menasihati di antara masing-masing individu muslim.
2.   Nasihat wajib dilakukan sesuai kemampuan.
Tema hadits dan ayat yang terkait dengannya:
1.   Da’wah dan Amar Ma’ruf Nahi munkar                    : 3 : 104, 3: 110, 41 : 33
2.   Pentingnya selalu upaya untuk saling mengingatkan:   51 : 55, 87 : 9.


الحـديث الثـامن
HADITS KEDELAPAN

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم    قَالَ : أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكاَةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا  مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَـهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالىَ [رواه البخاري ومسلم ]
Kosa kata :
أُمِرْتُ  : Aku diperintahkan
أُقَاتِل      : (aku) Memerangi
دماء   : Bentuk jamak
          dari  دم: darah
عصموا   : Mereka terlindung

Terjemah hadits  :
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma sesungguhnya Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah ta’ala (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Catatan:
·         Hadits ini secara praktis dialami pada zaman kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq, sejumlah rakyatnya ada yang kembali kafir. Maka Abu Bakar bertekad memerangi mereka termasuk di antaranya mereka yang menolak membayar zakat. Maka Umar bin Khottob menegurnya seraya berkata: “ Bagaimana kamu akan memerangi mereka yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah sedangkan Rasulullah telah bersabda: Aku diperintahkan…..(seperti hadits diatas)” . Maka berkatalah Abu Bakar: “Sesungguhnya zakat adalah haknya harta“,[9]) hingga akhirnya Umar menerima dan ikut bersamanya memerangi mereka.

Kandungan Hadist :
1.   Maklumat peperangan kepada mereka yang berlaku musyrik hingga mereka masuk Islam.
2.   Diperbolehkannya membunuh orang yang mengingkari shalat dan memerangi mereka yang menolak membayar zakat.
3.   Tidak diperbolehkan berlaku sewenang-wenang terhadap harta dan darah kaum muslimin.
4.   Diperbolehkannya hukuman mati bagi setiap muslim jika dia melakukan perbuatan yang menuntut dijatuhkannya hukuman itu seperti: Berzina bagi orang yang sudah menikah (muhshan), membunuh orang lain dengan sengaja dan meninggalkan agama dan jamaahnya.
5.   Dalam hadits ini terdapat jawaban bagi kelompok murji’ah yang mengira bahwa iman tidak membutuhkan amal perbuatan.
6.   Tidak mengkafirkan pelaku bid’ah yang menyatakan keesaan Allah dan menjalankan syari’at-Nya.
7.   Di dalamnya terdapat dalil bahwa diterimanya amal yang zhahir dan menghukumi berdasarkan sesuatu yang zhahir sementara yang tersembunyi diserahkan kepada Allah.
Tema-tema hadits :
1.   Aqidah dan syariat harus ditegakkan : 42 : 13,
2.   Perlindungan nyawa dan harta: 2: 188, 4: 93
3.   Besarnya kedudukan zakat          : 9 : 34






الحــديث التـاسع
HADITS KESEMBILAN

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ . [رواه البخاري ومسلم]

Kosa kata :
نـَهَيْتُكم   : (Aku) larang kalian
اجتنبوا: Mereka menghindarinya
  أَمَرْتُكُم: (Aku) perintahkan  kalian
أَهْلَكَ   : Menghancurkan

Terjemah hadits :
          Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka. (Bukhari dan Muslim)

Pelajaran :
1.   Wajibnya menghindari semua apa yang dilarang oleh Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam.
2.   Siapa yang tidak mampu melakukan perbuatan yang diperintahkan secara keseluruhan dan dia hanya mampu sebagiannya saja maka dia hendaknya melaksanakan apa yang dia mampu laksanakan.
3.   Allah tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya.
4.   Perkara yang mudah tidak gugur karena perkara yang sulit.
5.   Menolak keburukan lebih diutamakan dari mendatangkan kemaslahatan.
6.   Larangan untuk saling bertikai dan anjuran untuk bersatu dan bersepakat.
7.   Wajib mengikuti Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, ta’at dan menempuh jalan keselamtan dan kesuksesan.
8.   Al Hafiz berkata: Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk menyibukkan diri dengan perkara yang lebih penting yang dibutuhkan saat itu ketimbang perkara yang saat tersebut belum dibutuhkan.


Tema hadits dan ayat yang terkait:
1. Patuh kepada Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam : 59 : 7, 8 : 46
2. Bertakwa sebatas kemampuan : 64 : 16 .
3. Berdebat yang tak berguna dan bertikai, sumber kehancuran : 40 : 5


الحـديث العاشر
HADITS KESEPULUH

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى : â $pkšr'¯»tƒ ã@ߍ9$# (#qè=ä. z`ÏB ÏM»t6Íh©Ü9$# (#qè=uHùå$#ur $·sÏ=»|¹ ( á وَقاَلَ تَعَالَى: â $ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=à2 `ÏB ÏM»t6ÍhŠsÛ $tB öNä3»sYø%yu  á ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ.       [رواه مسلم]
Kosa kata :
يقبل           : Menerima
يطيل      : Panjang / jauh
أشعث         : Kusut
أغبر      : Berdebu / dekil
يَمُدّ            : Memanjangkan/ mengangkat
فأَنَّى       : Maka dari mana/ bagaimana



Terjemah hadits :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya: Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalehlah. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kusut dan berdebu. Dia mengangkatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata: Ya Tuhanku, Ya Tuhanku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan. (Riwayat Muslim).

Pelajaran :
1.   Dalam hadits di atas terdapat pelajaran akan sucinya Allah ta’ala dari segala kekurangan dan cela.
2.   Allah ta’ala tidak menerima kecuali sesuatu yang baik. Maka siapa yang bersedekah dengan barang haram tidak akan diterima.
3.   Sesuatu yang disebut baik adalah apa yang dinilai baik disisi Allah ta’ala.
4.   Berlarut-larut dalam perbuatan haram akan menghalangi seseorang dari terkabulnya doa.
5.   Orang yang maksiat tidak termasuk mereka yang dikabulkan doanya kecuali mereka yang Allah kehendaki.
6.   Makan barang haram dapat merusak amal dan menjadi penghalang diterimanya amal perbuatan.
7.   Anjuran untuk berinfaq dari barang yang halal dan larangan untuk berinfaq dari sesuatu yang haram.
8.   Seorang hamba akan diberi ganjaran jika memakan sesuatu yang baik dengan maksud agar dirinya diberi kekuatan untuk ta’at kepada Allah.
9.   Doa orang yang sedang safar dan yang hatinya sangat mengharap akan terkabul.
10.        Dalam hadits terdapat sebagian sebab-sebab dikabulkannya do’a: Perjalanan jauh, kondisi yang bersahaja dalam pakaian dan penampilan dalam keadaan kusut dan berdebu, mengangkat kedua tangan ke langit, meratap dalam berdoa, keinginan kuat dalam permintaan, mengkonsumsi makanan, minuman dan pakaian dengan sesuatu yang halal.

Tema hadits dan ayat yang terkait :
1. Mempersembahkan yang terbaik untuk Allah: 28 : 77
2. Mengkonsumsi yang halal   : 5 : 88
3. Meratap dalam berdoa         : 19 : 3, 32 : 16 .



الحـديث الحادي عشر
PELAJARAN KESEBELAS

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الْحَسَنِ بْنِ عَلِي بْنِ أبِي طَالِبٍ سِبْطِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ : حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ.
 [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]

Kosa kata  :
حفظ(ت) : (saya) menghafal         
دَعْ          : Tinggalkan
يريب(ك)   : Meragukan-(mu)

Terjemah hadits:
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam dan kesayangannya radhiallahuanhuma dia berkata: Saya menghafal dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu. (Riwayat Turmuzi dan dia berkata, Haditsnya hasan shahih)



Kandungan Hadits:
1.   Meninggalkan syubhat dan mengambil yang halal akan melahirkan sikap wara’.
2.   Keluar dari ikhtilaf ulama lebih utama karena hal tersebut lebih terhindar dari perbuatan syubhat, khususnya jika di antara pendapat mereka tidak ada yang dapat dikuatkan.
3.   Jika keraguan bertentangan dengan keyakinan maka keyakinan yang diambil.
4.   Sebuah perkara harus jelas berdasarkan keyakinan dan ketenangan. Tidak ada harganya keraguan dan kebimbangan.
5.   Berhati-hati dari sikap meremehkan terhadap urusan agama dan masalah bid’ah.
6.   Siapa yang membiasakan perkara syubhat maka dia akan berani melakukan perbuatan yang haram.

Tema hadits dan ayat yang terkait :
1. Meninggalkan keragu-raguan: 14 : 10, 49 : 15, 2 : 2






الحــديث الثاني عشر
HADITS KEDUA BELAS

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ [حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا]
Kosa kata  :
ترك(ـه)  (dia) meninggalkan
يعني(ـه)  : Penting (baginya)

Terjemah hadits:
Dari Abu Hurairah radhiallahunhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya. (Hadits Hasan riwayat Turmuzi dan lainnya)

Pelajaran:
1.   Termasuk sifat-sifat orang muslim adalah dia menyibukkan dirinya dengan perkara-perkara yang mulia serta menjauhkan perkara yang hina dan rendah.
2.   Pendidikan bagi diri dan perawatannya dengan meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di dalamnya.
3.   Menyibukkkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah kesia-siaan dan merupakan pertanda kelemahan iman.
4.   Anjuran untuk memanfaatkan waktu dengan sesuatu yang manfaatnya kembali kepada diri sendiri bagi dunia maupun akhirat.
5.   Ikut campur terhadap sesuatu yang bukan urusannya dapat mengakibatkan kepada perpecahan dan pertikaian di antara manusia.

Tema hadits dan ayat yang terkait:
1.    Optimalisasi waktu dan potensi : 103 : 1-3, 2 : 148
2.   Meninggalkan hidup terlena : 63 : 9, 31 : 6




الحـديث الثالث عشر

HADITS KETIGA BELAS


عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَس بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [رواه البخاري ومسلم]

Kosa kata :
يحب               : Mencintai
(لـ)نفس(ـه) : (untuk) diri-(nya)

Terjemah hadits :
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.    (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Kandungan Hadist :
1.   Seorang mu’min dengan mu’min yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai saudaranya maka seakan-akan dia mencintai dirinya sendiri.
2.   Menjauhkan perbuatan hasad (dengki) dan bahwa hal tersebut bertentangan dengan kesempurnaan iman.
3.   Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
4.   Anjuran untuk menyatukan hati.

Tema-tema hadits :
1.   Menyakiti saudara sama dengan menyakiti diri sendiri : 49 : 12
2.   Ukhuwwah Islamiah : 49 : 10, 3 : 103




الحــديث الرابع عشر
HADITS KEEMPAT BELAS

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنِّي رَسُوْلُ اللهِ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ : الثَّيِّبُ الزَّانِي، وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِيْنِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ [رواه البخاري ومسلم]
Kosa kata :
  يحل    : Halal
دم          :  Darah
الثيب     : Yang sudah menikah
الزاني      :  Orang yang berzina
    التارك: Yang meninggalkan
المفارق     : Memisahkan dirinya

Terjemah hadits :  
Dari Ibnu Mas’ud radiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa saya (Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam) adalah utusan Allah kecuali dengan tiga sebab: Duda/janda (orang yang telah pernah menikah) yang berzina, membunuh orang lain (dengan sengaja), dan meninggalkan agamnya berpisah dari jamaahnya. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Kandungan Hadist :
1.   Tidak boleh menumpahkan darah kaum muslimin kecuali dengan tiga sebab, yaitu: zina muhshon (orang yang sudah menikah), membunuh manusia dengan sengaja dan meninggalkan agamanya (murtad) berpisah dari jamaah kaum muslimin.
2.   Islam sangat menjaga kehormatan, nyawa dan agama dengan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka yang mengganggunya seperti dengan melakukan zina, pembunuhan dan murtad.
3.   Sesungguhnya agama yang disepakati adalah yang dipegang oleh jamaah kaum muslimin, maka wajib dijaga dan tidak boleh keluar darinya.
4.   Hukum pidana dalam Islam sangat keras, hal itu bertujuan untuk mencegah (preventif) dan melindungi.
5.   Pendidikan bagi masyarakat untuk takut kepada Allah ta’ala dan selalu merasa terawasi oleh-Nya dalam keadaan tersembunyi atau terbuka sebelum dilaksanakannya hukuman.
6.   Hadits di atas menunjukkan pentingnya menjaga kehormatan dan kesucian.
7.   Dalam hadits tersebut merupakan ancaman bagi siapa yang membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah ta’ala.
Tema-tema hadits :
1. Nyawa seorang muslim dilindungi         : 4 : 93
2.   Hukuman dalam Islam sebagai bentuk perlindungan  : 2 : 179
الحديث الخامس عشر
HADITS KELIMA BELAS

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. [رواه البخاري ومسلم]
Kosa kata  :
(لـِ)يَصْمُتْ   : (hendaklah) dia diam
يُكْرِم        : Memuliakan
جار(ه)        : Tetangga-(nya)
ضَيْفَـ(هُ)   : Tamu-(nya)

Terjemah hadits :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya" (Riwayat Bukhari dan Muslim)



Pelajaran:
1.   Iman terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari.
2.   Islam menyerukan kepada sesuatu yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dikalangan individu masyarakat muslim.
3.   Termasuk kesempurnaan iman adalah perkataan yang baik dan diam dari selainnya.
4.   Berlebih-lebihan dalam pembicaraan dapat menyebabkan kehancuran, sedangkan menjaga pembicaraan merupakan jalan keselamatan.
5.   Islam sangat menjaga agar seorang muslim berbicara apa yang bermanfaat dan mencegah perkataan yang diharamkan dalam setiap kondisi.
6.   Tidak memperbanyak pembicaraan yang diperbolehkan, karena hal tersebut dapat menyeret kepada perbuatan yang diharamkan atau yang makruh.
7.   Termasuk kesempurnaan iman adalah menghormati tetangga dan memperhatikan serta tidak menyakitinya.
8.   Wajib berbicara saat dibutuhkan, khususnya jika bertujuan menerangkan yang haq dan beramar ma’ruf nahi munkar.
9.   Memuliakan tamu termasuk di antara kemuliaan akhlak dan pertanda komitmennya terhadap syariat Islam.
10.        Anjuran untuk mempergauli orang lain dengan baik.
Tema hadits dan ayat-ayat Al Quran yang terkait :
1. Iman dan pengaruhnya dalam prilaku keseharian:   16: 97
2. Menjaga perkataan: 50 : 18,
3. Hubungan baik dengan tetangga  : 4 : 36,
4. Sikap mulia terhadap tamu : 51 : 24-27


الحـديث السادس عشر
HADITS KEENAM BELAS

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ  [رواه البخاري]
Kosa kata :
أَوْصِـ(نِي)  : Nasihatilah     (saya)
لا        : Jangan
ردّد      : Mengulanginya
تغضب  : (engkau) marah
مراراً    : Berkali-kali

Terjemah hadits:
          Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: (Ya Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam ) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Dia menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda: Jangan engkau marah. (Riwayat Bukhari)

Kandungan Hadist:
1.   Anjuran bagi setiap muslim untuk memberikan nasihat dan mengenal perbuatan-perbuatan kebajikan, menambah wawasan ilmu yang bermanfaat serta memberikan nasihat yang baik.
2.   Larangan marah.
3.   Dianjurkan untuk mengulangi pembicaraan hingga pendengar menyadari pentingnya dan kedudukannya.

Tema hadits :
  1. Meninggalkan sifat pemarah : 3 : 159, 3 : 134

















الحــديث السابع عشر
HADITS KETUJUH BELAS

عَنْ أَبِي يَعْلَى شَدَّاد ابْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ .[رواه مسلم]
Kosa kata :
الإحسان: Berlaku baik
قتلـ(ـتم)    : (kalian) membunuh
القتلة    : Cara membunuh
ذبحـ(ـتم)   : (kalian)                        menyembelih
الذبحة   : Cara menyembelih
يحد           : Mengasah/ menajamkan
   شفرتـ(ـه): Pisau- (nya) / alat  menyembelih
يرح          : Senangilah

  ذبيحتـ(ـه): Hewan sembelihan(nya)
Terjemah hadits:
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiallahuanhu dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah telah menetapkan perbuatan baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh maka berlakulah baik dalam hal tersebut. Jika kalian menyembelih berlakulah baik dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya. (Riwayat Muslim)

Kandungan Hadist:
1.   Syariat Islam menuntut perbuatan ihsan kepada setiap makhluk termasuk di antaranya adalah hewan.
2.   Tidak boleh menyiksa dan merusak tubuh sebagai sasaran dan tujuan, tidak juga boleh menyayat-nyayat orang yang dihukum qishash.
3.   Termasuk ihsan juga adalah terhadap hewan ternak dan belas kasih terhadapnya. Tidak boleh membebaninya diluar kemampuannya serta tidak menyiksanya saat menyembelihnya.

Tema-tema hadits :
1. Profesionalisme : 28 : 77
2.   Berbuat baik hingga kepada seluruh makhluk (ihsan) : 2 : 195








الحــديث الثامن عشر
HADITS KEDELAPAN BELAS

عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ  [رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]
 Kosa kata :
اتَّقِ (الله)   : Bertakwalah (kepada  Allah)
حيثما     : Dimana saja
أتبع        : Ikutilah
السيئة     : Keburukan
تمحـ(ها)  : Menghapus-(nya)
خالق      : Pergaulilah

(بـ)خُلُق  :(dengan) akhlak

Terjemah hadits:
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, dan Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik .“ (Riwayat Turmuzi, dia berkata, "haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).


Kandungan Hadist:
1.   Takwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shaleh.
2.   Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.
3.   Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia.
4.   Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.

Tema-tema hadits:
1. Takwa, bekal disetiap tempat dan waktu : 2 : 197
2. Akhlak mulia    : 68 : 4







الحــديث التاسع عشر
HADITS KESEMBILAN BELAS
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ  يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي   الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].

Kosa kata :
خلف           : Dibelakang
أُعَلِّمُـ(ك) : (saya) ajarkan (engkau)
اِحْفَظ           : Peliharalah /jagalah
تجاهـ(ك)     : Dihadapan-(mu)
اسْتَعَنْـ(تَ) : (engkau) minta pertolongan
    اجتمعـ(ت): Berkumpul.
 ينفعو(ك): memberikan manfaat                    (kepadamu)
 يضرو(ك): Mendatangkan bahaya (kepadamu)
    رُفِعَـ(ت) : Diangkat

الأقلام         : Bentuk jamak dari قلم
جَفَّـ(ت)      : Kering
الصحف       : Bentuk jamak dari صحيفة  yaitu: catatan

Terjemah hadits :         
Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata: Suatu saat saya berada dibelakang nabi shallallahu`alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu empat perkara: Jagalah Allah[10]), niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada di hadapanmu[11]). Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika suatu umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering[12]) . (Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shahih).
Dalam sebuah riwayat selain Turmuzi dikatakan: Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di depanmu. Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang tidak ditakdirkan atasmu tidak akan menimpamu dan apa yang menimpamu itulah yang ditakdirkan atasmu, ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan).

Kandungan Hadist :
1.   Perhatian Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam dalam mengarahkan umatnya serta menyiapkan generasi mu’min idaman.
2.   Termasuk adab pengajaran adalah menarik perhatian pelajar agar timbul keinginannya terhadap pengetahuan sehingga hal tersebut lebih terkesan dalam dirinya.
3.   Siapa yang konsekwen melaksanakan perintah-perintah Allah, nicsaya Allah akan menjaganya di dunia dan akhirat.
4.   Beramal saleh serta melaksanakan perintah Allah dapat menolak bencana dan mengeluarkan seseorang dari kesulitan.
5.   Tidak mengarahkan permintaan apapun (yang tidak dapat dilakukan makhluk) selain kepada Allah semata.
6.   Manusia tidak akan mengalami musibah kecuali berdasarkan ketetapan Allah ta’ala.
7.   Menghormati waktu dan menggunakannya untuk sesuatu yang bermanfaat sebagaimana Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam memanfaatkan waktunya saat beliau berkendaraan.

Tema-tema hadits :
1. Menyiapkan generasi beriman: 4 : 9, 25 : 74, 46 :15
2. Allah tempat bergantung dan berlindung: 1 : 5, 112 : 2
3.   Musibah dan keberuntungan hanya datang dari Allah: 64 : 11, 9 : 51, 7 : 188, 10 : 49.



الحــديث العشرون

HADITS KEDUA PULUH


عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ.  [رواه البخاري ]

Kosa kata :
أدرك : Diketahui, didapatkan
النبوة           : Kenabian
لم            : Huruf nafi, artinya: tidak
تستح (تستحي)  : (engkau) malu .
(فـ)ـاصنع : (maka) perbuatlah
شِئْـ(ـت)  : (yang engkau) sukai


Terjemah hadits:
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata, Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah:  Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka. (Riwayat Bukhari).

Kandungan Hadist :
1.   Malu merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan tidak terhapus ajarannya.
2.   Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun.
3.   Malu merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Siapa yang banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya semakin sedikit kebaikannya.
4.   Rasa malu merupakan prilaku dan dapat dibentuk. Maka setiap orang yang memiliki tanggung jawab hendaknya memperhatikan bimbingan terhadap mereka yang menjadi tanggung jawabnya.
5.   Tidak ada rasa malu dalam mengajarkan hukum-hukum agama serta menuntut ilmu dan kebenaran. Allah ta’ala berfirman: “ Dan Allah tidak malu dari kebenaran “ (33 : 53).
6.   Di antara manfaat rasa malu adalah ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela) dan Wafa’ (menepati janji).
7.   Rasa malu merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan.

Tema hadits :
1.   Menumbuhkan rasa malu sesuai proporsinya: 33:53
الحــديث الحادي والعشرون
HADITS KEDUAPULUH SATU

عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ [رواه مسلم]
Kosa kata :
أسأل : (saya) bertanya
اِسْتَقِم  : Istiqomah-lah, berpegang teguhlah.

Terjemah hadits   :
          Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- : Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata: Wahai Rasulullah, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda, Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah. (Riwayat Muslim).

Kandungan Hadist :
1.   Iman kepada Allah ta’ala harus mendahului ketaatan.
2.   Amal saleh dapat menjaga keimanan.
3.   Iman dan amal saleh keduanya harus dilaksanakan.
4.   Istiqomah merupakan derajat yang tinggi.
5.   Keinginan yang kuat dari para shahabat dalam menjaga agamanya dan merawat keimanannya.
6.   Perintah untuk istiqomah dalam tauhid dan ikhlas beribadah hanya kepada Allah semata hingga mati.

Tema-tema hadits:
1. Bertanya untuk mendapatkan kebaikan : 2 : 149, 2 : 512, 2 : 217, 2 : 219, 2 : 219, 2 :220.
2.  Iman dan istiqomah: 41 : 30, 46 : 13, 72 : 16, 15 : 99








الحـديث الثاني والعشرون
HADITS KEDUAPULUH DUA

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ جَابِرْ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ . [رواه مسلم]
Kosa kata:
المكتوبات  : Shalat-shalat fardu
أحللـ(تُ)  : (saya)  menghalalkan
 حرَّمـ(تُ): (saya) mengharamkan
أ / هل     : Apakah

Terjemah hadits:
Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiallahuanhuma: Seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, seraya berkata: Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa Ramadhan, Menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram[13]) dan saya tidak tambah sedikitpun, apakah saya akan masuk surga? Beliau bersabda: Ya. (Riwayat Muslim)

Catatan:
* Seseorang yang bertanya dalam riwayat diatas adalah: An Nu’man bin Qauqal.

Kandungan Hadist:
1.   Setiap muslim dituntut untuk bertanya kepada ulama tentang syariat Islam, tentang kewajibannya dan apa yang dihalalkan dan diharamkan baginya jika hal tersebut tidak diketahuinya.
2.   Penghalalan dan pengharaman merupan aturan syariat, tidak ada yang berhak menentukannya kecuali Allah ta’ala.
3.   Amal saleh merupakan sebab masuknya seseorang ke dalam syurga.
4.   Keinginan dan perhatian yang besar dari para shahabat serta kerinduan mereka terhadap syurga serta upaya mereka dalam mencari jalan untuk sampai ke sana.

Tema-tema hadits :
1. Evaluasi diri / muhasabah: 59 : 18
2. Rindu syurga   : 3 : 133, 66 : 11
3. Memperhatikan halal haram dalam kehidupan: 9 : 29, 66 : 1, 7 : 157

الحديث الثالث والعشرون

HADITS KEDUAPULUH TIGA


عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِم اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا [رواه مسلم]

Kosa kata  :
الطهور        : Bersuci
شطر     : Setengah, sebagian
تملأ (تملآن)  : Memenuhi
برهان    : Bukti
يغدو        : Berangkat (pagi hari)
بائع      : Menjual
موبق        : Menghancurkan
معتق     : Memerdekakan
ها pada kalimat موبق dan معتق kembali kepada kalimat نفس (jiwa) .

Terjemah hadits :
Dari Abu Malik Al Haritsy bin ‘Ashim Al ‘Asy’ary radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Bersuci sebagian dari iman, Al Hamdulillah dapat memenuhi timbangan[14]), Subhanallah dan Al Hamdulillah dapat memenuhi antara langit dan bumi, Shalat adalah cahaya[15]), shadaqah adalah bukti[16]), Al Quran dapat menjadi saksi yang meringankanmu atau yang memberatkanmu. Semua manusia berangkat menjual dirinya[17]), ada yang membebaskan dirinya (dari kehinaan dan azab) ada juga yang menghancurkan dirinya.       (Riwayat Muslim).

Kandungan Hadist:
1.   Iman merupakan ucapan dan perbuatan, bertambah dengan amal saleh dan keta’atan dan berkurang dengan maksiat dan dosa.
2.   Amal perbuatan akan ditimbang pada hari kiamat dan dia memiliki beratnya.
3.   Bersuci merupakan syarat sahnya ibadah, karena itu harus diperhatikan.
4.   Menjaga shalat akan mendatangkan petunjuk dan memperbaiki kondisi seorang muslim terhadap manusia, membedakannya dengan akhlaknya dan perilakunya, kewara’annya dan ketakwaannya.
5.   Seruan untuk berinfaq pada jalan-jalan kebaikan dan bersegera melakukannya di mana hal tersebut merupakan pertanda benarnya keimanan.
6.   Anjuran untuk bersabar tatkala mengalami musibah, khususnya apa yang dialami seorang muslim karena perbuatan amar ma’ruf nahi munkar.
7.   Semangat membaca Al Quran dengan pemahaman dan men-tadabbur-kan (merenungkan) ma’nanya, mengamalkan kandungan-kandungannya karena hal tersebut dapat memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat.
8.   Seorang muslim harus menggunakan waktu dan umurnya dalam keta’atan kepada Allah ta’ala serta tidak mengabaikan karena kesibukan lainnya.

Tema-tema hadits :
1. Keutamaan bersuci    : 9 : 108, 2 : 222
2. Keutamaan dan kekuatan zikir: 8 : 45, 13 : 28
3. Shadaqah         : 2 : 261, 57 : 18, 33 : 35.
4. Interaksi dengan Al Quran  : 4 : 82, 7 : 204, 25 : 30
5. Perbuatan manusia kembali kepada dirinya: 17 : 7


الحــديث الرابع والعشرون
HADITS KEDUAPULUH EMPAT
عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ  ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ . يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .[رواه مسلم]

Kosa kata :
تظالموا         : (kalian) saling menzalimi
ضال           : Sesat
هديـ(تـ)(ـه) : (aku) berikan   hidayah (kepadanya)
استهدوني       : Hendaklah kalian minta hidayah dariku
جائع            : Lapar
أطعمـ(تـ)(ـه) : (Aku) berikan makan (kepadanya)
استطعموني      : Mintalah makan                  kepada-Ku
عار            : Telanjang
كسو(تـ)(ـه)  : (Aku) memberi pakaian (kepadanya)
استكسوني      : Mintalah pakaian kepada-Ku.
تخطئون      : (kalian) melakukan                   kesalahan
تبلغوا           : (kalian) sampai, dapat
أتقى          : Yang paling bertaqwa
زاد             : Menambah
أفجر          : Orang paling durhaka
نقص           : Mengurangi
صعيد         : Tempat, bukit.
المخيط         : Jarum
أحصيـ(ها)   : (Aku) menghitung(nya)
أوفيـ(كم)      : (Aku) kembalikan (balasannya) (kepada kalian)


Terjemah hadits :
Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman [18]): Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) di antara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hamba-Ku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun.  Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin diantara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya  sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir  semunya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya.  (Riwayat Muslim)

Kandungan Hadist:
1.   Menegakkan keadilan di antara manusia serta haramnya kezaliman di antara mereka merupakan tujuan dari ajaran Islam yang paling penting.
2.   Wajib bagi setiap orang untuk memudahkan jalan petunjuk dan memintanya kepada Allah ta’ala.
3.   Semua makhluk sangat tergantung kepada Allah dalam mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan terhadap dirinya baik dalam perkara dunia maupun akhirat.
4.   Pentingnya istighfar dari perbuatan dosa dan sesungguhnya Allah ta’ala akan mengampuninya.
5.   Lemahnya makhluk dan ketidakmampuan mereka dalam mendatangkan kecelakaan dan kemanfaatan.
6.   Wajib bagi setiap mu’min untuk bersyukur kepada Allah ta’ala atas ni’mat dan taufiq-Nya.
7.   Sesungguhnya Allah ta’ala menghitung semua perbuatan seorang hamba dan membalasnya.
8.   Dalam hadits terdapat petunjuk untuk mengevaluasi diri (muhasabah) serta penyesalan atas dosa-dosa

Tema hadits dan ayat-ayat Al Quran yang terkait:
1.   Besarnya bahaya kezaliman : 7 : 44, 10 : 13
2.   Allah sumber hidayah dan rezeki : 18 : 17,
3.   Kemurahan dan ampunan Allah ta’ala : 39 : 53, 7 : 156
4.   Kebaikan dan keburukan akan kembali kepada manusia :          17 : 7, 47 : 38, 7 : 160







الحـديث الخامس والعشرون

HADITS KEDUAPULUH LIMA


عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى   الله عليه وسلم قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَيتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَن مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً قَالُوا  : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ .
[رواه مسلم]

Kosa kata :
الدثور Bentuk jamak dari دثر : harta yang banyak
الأجور: jamak الأجر : pahala
فضول : Sesuatu yang berlebih
وزر : Dosa

بضع:Kemaluan (maksudnya adalah: jima’)
Terjemah hadits:
Dari Abu Dzar radhiallahuanhu: Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam [19]) berkata kepada Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam) bersabda: Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tashbih [20]) merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian[21]) merupakan sedekah. Mereka bertanya: Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang di antara kami yang menyalurkan syahwatnya? Beliau bersabda: Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan di jalan yang haram, bukankah baginya dosa? Demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala. (Riwayat Muslim)



Kandungan Hadist :
1.   Sikap bijak dalam menanggapi berbagai kondisi serta mendatangkan kabar gembira bagi jiwa serta menenangkan perasaan.
2.   Para shahabat berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan.
3.   Luasnya keutamaan Allah ta’ala serta banyaknya pintu-pintu kebaikan yang dibuka bagi hamba-Nya.
4.   Semua bentuk zikir sesungguhnya merupakan shadaqah yang dikeluarkan seseorang untuk dirinya.
5.   Kebiasaan-kebiasaan mubah dan penyaluran syahwat yang disyariatkan dapat menjadi ketaatan dan ibadah jika diiringi dengan niat saleh.
6.   Anjuran untuk meminta sesuatu yang dapat bermanfaat bagi seorang muslim dan yang dapat meningkatkan dirinya ke derajat yang lebih sempurna.
7.   Di dalam hadits ini terdapat keutamaan orang kaya yang bersyukur dan orang fakir yang bersabar.
8.   Iri terhadap kebaikan orang lain (agar dirinya seperti orang tersebut) adalah hal yang diperbolehkan dalam agama.
9.   Sebagaimana menggunakan sesuatu yang tidak diperbolehkan syariat mendapatkan dosa maka menggunakannya sesuai dengan petunjuk syariat akan mendatangkan pahala.


Tema hadits dan ayat-ayat Al Quran yang terkait:
1. Iri terhadap kebaikan orang lain        : 2: 148, 3: 114
2. Pintu-pintu kebaikan terbuka luas    : 2 : 177, 5 : 2
3. Mencari yang halal dan menjauhi yang haram: 7: 157. 

الحــديث السادس والعشرون

HADITS KEDUAPULUH ENAM


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ . [رواه البخاري ومسلم]
Kosa kata :
سلامَى     : Tulang pada telapak tangan dan jari-jari  (yang dimaksud adalah semua anggota  tubuh)
    تعدل: Berlaku adil, mendamaikan
ترفع    : Mengangkat
تعين          : Menolong
خطوة   : Langkah
متاعـ(ـه)   : Harta benda (nya)
الأذى: Gangguan, rintangan
تميط   : Menyingkirkan, menghilangkan


Terjemah hadits :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  bersabda : Setiap anggota tubuh manusia dapat melakukan sedekah, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan  lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraannya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Kandungan Hadist :
1.   Bersyukur kepada Allah ta’ala setiap hari atas kesehatan anggota badan.
2.   Allah telah menjadikan -sebagai rasa syukur terhadap ni’mat-Nya- setiap anggota badan untuk menolong hamba-hamba Allah ta’ala, bersedekah kepada mereka dengan menggunakannya sesuai kemaslahatannya.
3.   Temasuk sedekah adalah: Menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang lain, justru seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.
4.   Jasad harus dikeluarkan zakatnya sebagaimana harta ada zakatnya. Zakat badan adalah melakukan perbuatan baik, bersedekah dan pintu-pintunya banyak.
5.   Anjuran untuk mendamaikan kedua belah pihak, tolong-menolong, mengucapkan kalimat yang baik, berjalan menuju shalat dan menyingkirkan penghalang dari jalan.
6.   Anjuran untuk membersihkan sarana-sarana umum.
7.   Anjuran untuk melakukan keadilan, karena dengan keadilanlah ditegakkan langit dan bumi.

Tema-tema hadits:
1.   Menolong sesama manusia: 5 : 2, 107 : 1-7
2.   Menjaga kepentingan bersama  : 7: 56, 85
3.   Perkataan yang baik: 17 : 23, 33 : 32, 4 : 9


الحـديث السابع والعشرون

HADITS KEDUAPULUH TUJUH

عَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ. [رَوَاهُ مُسْلِم] .
وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جِئْتَ تَسْألُ عَنِ الْبِرِّ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ [حديث حسن رويناه في مسندي الإمامين أحمد بن حنبل والدارمي بإسناد حسن]


Kosa kata  :
البـر      : Kebaikan
الإثـم    : Dosa
حاك      : Mengganggu
يطَّلِع    : Diketahui, diselidiki

Terjemah hadits : 
Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam beliau bersabda: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia “ Riwayat Muslim.
Dan dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: Engkau datang untuk menanyakan kebaikan? saya menjwaba: Ya. Beliau bersabda: Mintalah pendapat dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya. (Hadits hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan).

Kandungan Hadist :
1.   Tanda perbuatan dosa adalah timbulnya keragu-raguan dalam jiwa dan tidak suka kalau hal itu diketahui orang lain.
2.   Siapa yang ingin melakukan suatu perbuatan maka hendaklah dia menanyakan hal tersebut pada dirinya.
3.   Anjuran untuk berakhlak mulia karena akhlak yang mulia termasuk unsur kebaikan yang sangat besar.
4.   Hati seorang mu’min akan tenang dengan perbuatan yang halal dan gusar dengan perbuatan haram.
5.   Melihat terlebih dahulu ketetapan hukum sebelum mengambil tindakan. Ambillah yang paling dekat dengan ketakwaan dan kewara’an dalam agama.
6.   Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam ketika menyampaikan sesuatu kepada para shahabatnya selalu mempertimbangkan kondisi mereka.
7.   Perhatian Islam terhadap pendidikan sisi agama yang bersifat internal dalam hati orang beriman dan meminta keputusannya sebelum mengambil tindakan.

Tema-tema hadits:
1. Kebenaran melahirkan ketenangan hati : 8 : 10, 13 : 28
2. Hati-hati dalam memberi fatwa: 17 : 36
3. Hati yang sehat sensitif terhadap keburukan: 3: 135



الحــديث الثامن والعشرون

HADITS KEDUAPULUH DELAPAN


عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ رَضي الله عنه قَالَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدَّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ : أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ   عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ [رَوَاه داود والترمذي وقال : حديث حسن صحيح]
Kosa kata :
وعظـ(نا)      : Menasihati (kami)
موعظة        : Nasihat
وجلـ(ت)     : Takut
القلوب        : Bentuk jamak قلب: hati
تأَمَّر           : Memerintah
يعش (يعيش)   : Hidup
 عليـ(كم)    : Kalian harus
إيا(كم)        : Kalian jangan



Terjemah hadits:
Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami berlinang. Maka kami berkata: Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan banyaknya perbedaan pendapat. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ (Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata : hasan shahih)

Pelajaran:
1.   Bekas yang mendalam dari nasehat Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  dalam jiwa para shahabat. Hal tersebut merupakan tauladan bagi para da’i di jalan Allah ta’ala.
2.   Taqwa merupakan yang paling penting untuk disampaikan seorang muslim kepada muslim lainnya, kemudian mendengar dan ta’at kepada pemerintah selama tidak terdapat di dalamnya maksiat.
3.   Keharusan untuk berpegang teguh terhadap sunnah Nabi dan sunnah Khulafaurrasyidin, karena di dalamnya terdapat kemenangan dan kesuksesan, khususnya tatkala banyak terjadi perbedaan dan perpecahan.
4.   Hadits ini menunjukkan tentang sunnahnya memberikan wasiat saat berpisah karena di dalamnya terdapat kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
5.   Larangan untuk melakukan hal yang baru dalam agama (bid’ah) yang tidak memiliki landasan dalam agama.

Tema hadits:
1.   Anjuran berwasiat menjelang kematian : 2 :180
2.   Berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan menjauhi bid’ah : 59 : 7, 57 : 27
3.   Patuh kepada pimpinan : 4 : 59


الحــديث التاسع والعشرون

HADITS KEDUAPULUH SEMBILAN


عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ   عَظِيْمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلىَ مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ  بِهِ شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ  الْبَيْتَ، ثُمَّ قَالَ : أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ   اللَّيْلِ، ثُمَّ قَالَ : â 4nû$yftFs? öNßgç/qãZã_ Ç`tã ÆìÅ_$ŸÒyJø9$# á  –حَتَّى بَلَغَ-    â tbqè=yJ÷ètƒ á ثُمَّ قَالَ : أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وُعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ  الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ فَقُلْتُ : بَلىَ  يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالِ : كُفَّ  عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمَ بِهِ ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، وَهَلْ   يَكُبَّ النَاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ –أَوْ قَالَ : عَلىَ مَنَاخِرِهِمْ – إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ . [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]
Kosa kata :
يسير        : Mudah
جُنَّة        : Tameng, pelindung
تطفئ        : Memadamkan
جوف الليل : Pertengahan malam
تتجافى      : Jauh.
جنوبـ(هم) : Jamak dari جنب : Pinggang
مضاجع jamak dari مضجع : tempat berbaring, tempat tidur
عمود       : Tiang
ذروة        : Puncak
سنام        : Punuk onta
ملاك  : kunci semuanya
كُفَّ         : Tahanlah
يكب         : Dimasukkan
مناخر(هم)  : Jamak منخر : hidung
حصائد    : Jamak dari حصيدة : panen, buah, akibat
ألسنة jamak dari لسان : lidah

Terjemah hadits:
Dari Mu’az bin Jabal radhiallahuanhu dia berkata: Saya berkata: Ya Rasulullah, beritahukan saya tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga dan menjauhkan saya dari neraka, beliau bersabda, Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala: Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya sedikitpun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji. Kemudian beliau (Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam) bersabda, Maukah engkau aku beritahukan tentang pintu-pintu syurga? Puasa adalah benteng, Sadaqah akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam (qiyamullail), kemudian beliau membacakan ayat (yang artinya): “ Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya….”. Kemudian beliau bersabda, Maukah kalian aku bertahukan pokok dari segala perkara, tiangnya dan puncaknya? aku menjawab: Mau ya Nabi Allah. Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad. Kemudian beliau bersabda: Maukah kalian aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua itu? saya berkata: Mau ya Rasulullah. Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda, Jagalah ini (dari perkataan kotor/buruk). Saya berkata, Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan? beliau bersabda, Ah kamu ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkal wajahnya di neraka –atau sabda beliau: diatas hidungnya- selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka. (Riwayat Turmuzi dan dia berkata, Haditsnya hasan shahih)

Kandungan Hadist :
1.   Perhatian shahabat yang sangat besar untuk melakukan amal yang dapat memasukkan mereka ke syurga.
2.   Amal perbuatan merupakan sebab masuk syurga jika Allah menerimanya dan hal ini tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam “Tidak masuk syurga setiap kalian dengan amalnya”. Makna hadits tersebut adalah bahwa amal dengan sendirinya tidak berhak memasukkan seseorang ke syurga selama Allah belum menerimanya dengan karunia-Nya dan Rahmat-Nya.
3.   Mentauhidkan Allah dan menunaikan kewajiban adalah sebab masuknya seseorang ke dalam syurga.
4.   Shalat sunnah setelah shalat fardhu merupakan sebab kecintaan Allah ta’ala kepada hambanya.
5.   Bahaya lisan dan perbuatannya akan dibalas dan bahwa dia mencampakkan seseorang ke neraka karena ucapannya.



Tema-tema hadits :
1.     Hakekat keselamatan; masuk syurga dan terhindar dari neraka : 3 : 185
2.   Allah memudahkan setiap upaya kebaikan: 2 : 185
3.   Qiyamullail      : 17 : 79
4.   Keutamaan Jihad : 61 : 11, 9 : 19
5.   Menjaga lisan  : 50 : 18


الحــديث الثلاثون
HADITS KETIGAPULUH

عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِي جُرْثُوْمِ بْنِ نَاشِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى فَرَضَ فَرَائِضَ فَلاَ تُضَيِّعُوْهَا، وَحَدَّ حُدُوْداً فَلاَ تَعْتَدُوْهَا، وَحَرَّمَ أَشْيَاءَ فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا، وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَاءَ رَحْمَةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيَانٍ فَلاَ تَبْحَثُوا عَنْهَا. [حديث حسن رواه الدارقطني وغيره] .

Dari Abi Tsa’labah Al Khusyani Jurtsum bin Nasyir radhiallahuanhu, dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  dia berkata: Sesungguhnya Allah ta’ala telah menetapkan kewajiban-kewajiban, maka janganlah kalian mengabaikannya, dan telah menetapkan batasan-batasannya janganlah kalian melampauinya, Dia telah mengharamkan segala sesuatu, maka janganlah kalian melanggarnya, Dia mendiamkan sesuatu sebagai kasih sayang terhadap kalian dan bukan karena lupa jangan kalian mencari-cari tentangnya.  (Hadits hasan riwayat Daruquthni dan lainnya). 
(Hadits ini dikatagorikan sebagai hadits dha’if [22]). Lihat Qowa’id wa Fawa’id Minal Arbain An Nawawiah, karangan Nazim Muhammad Sulthan, hal. 262. Lihat pula Misykatul Mashabih, takhrij Syekh Al Albani, hadits no. 197, juz 1. Lihat pula Jami’ Al Ulum wal Hikam, oleh Ibnu Rajab).



الحــديث الحادي والثلاثون

HADITS KETIGAPULUH SATU


عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ . [حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة]
Kosa kata :
دلـ(ني)     : Tunjukkan (kepadaku)
أحبـ(ني)  : Mencintai(-ku)
            
ازهد       : Bersikap zuhud-lah

Terjemah hadits :
Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, maka beliau berakata: Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda, Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia. (Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan).
Kandungan Hadist:
1.   Menuntut kecukupan terhadap dunia adalah perkara wajib, sedang zuhud adalah tidak adanya keter-gantungan dan terpusatnya perhatian terhadapnya.
2.   Bersikap qanaah terhadap rizki yang halal dan ridha terhadapnya serta bersikap ‘iffah dari perbuatan haram dan hati-hati terhadap syubhat.
3.   Jiwa yang merasa cukup dan iffah serta berkorban dengan harta dan jiwa di jalan Allah merupakan hakekat zuhud.

Tema-tema hadits :
1.   Zuhud    : 18 : 45-46, 29 : 64, 102 : 1-5
2.   Menghindari penyakit hasad (dengki) : 113: 5

 

الحـديث الثاني والثلاثون

HADITS KETIGAPULUH DUA


عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعَدْ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ : لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ [حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَالدَّارُقُطْنِي وَغَيْرُهُمَا مُسْنَداً، وَرَوَاهُ مَالِك فِي الْمُوَطَّأ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضاً]

Kosa kata :
ضرر : Membahayakan diri sendiri
ضرار : Membahayakan diri orang lain

Terjemah hadits :
Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan Al Khudri radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Tidak boleh melakukan perbuatan yang mencelakakan (mudharat)“ (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni serta lainnya dengan cara musnad, juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwattha’ secara mursal dari Amr bin Yahya dari bapaknya dari Rasulullah, dia tidak menyebutkan Abu Sa’id. Akan tetapi hadits ini memiliki jalan-jalan yang saling menguatkan).

Kandungan Hadist:
1.   Ajaran Islam sangat mementingkan keselamatan pribadi dan orang lain.
2.   Termasuk sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang berbahaya, seperti: rokok, narlotik dll.

Tema hadits dan ayat Al Quran yang terkait:
1.   Larangan mendatangkan kecelakaan: 2: 195


الْحَدِيث الثالث والثلاثون
HADITS KETIGAPULUH TIGA

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم : لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ، لاَدَّعَى رِجَالٌ أَمْوَالَ قَوْمٍ وَدِمَاءَهُمْ، لَكِنَّ الْبَيِّنَةَ عَلَى الْمُدَّعِيْ وَالْيَمِيْنَ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ [حديث حسن رواه البيهقي وغيره هكذا، وبعضه في الصحيحين]
Kosa kata :
يُعطَى     : Diberikan
ادعى       : Menuduh
البيِّنة      : Bukti
المدعي  : Orang yang menuduh
اليمين     : Sumpah
انكر        : Mengingkari

Terjemah hadits:
Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Seandainya setiap pengaduan manusia diterima, niscaya setiap orang akan mengadukan harta suatu kaum dan darah mereka, karena itu (agar tidak terjadi hal tersebut) maka bagi pendakwa agar mendatangkan bukti dan sumpah bagi yang mengingkarinya“ . (Hadits hasan riwayat Baihaqi dan lainnya yang sebagiannya terdapat dalam As Shahihain)


Kandungan Hadist:
1.   Seorang hakim harus meminta dari kedua orang yang bersengketa sesuatu yang dapat menguatkan pengakuan mereka.
2.   Seorang hakim tidak boleh memutuskan sebuah perkara dengan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
3.   Pada dasarnya seseorang bebas dari tuduhan hingga terbukti perbuatan jahatnya.
4.   Seorang hakim harus berusaha keras untuk mengetahui permasalahan sebenarnya dan menjelaskan hukumnya berdasarkan apa yang tampak baginya.
5.   Bersumpah hanya diperbolehkan atas nama Allah.

Tema-tema hadits:
1.   Hukum harus ditegakkan : 4 : 65, 24 : 51
2.   Penegakkan hukum harus berdasarkan prinsip yang jelas : 24 : 4, 24 : 23




الحديث الرابع والثلاثون
HADITS KETIGAPULUH EMPAT

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
 [رواه مسلم]
 Kosa kata :
يغَيـِّر : Merubah
أضعف : Yang paling lemah

Terjemah hadits :
Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  bersabda: Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim)

Kandungan Hadist:
1.   Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya.
2.   Ridha terhadap kemaksiatan termasuk di antara dosa-dosa besar.
3.   Sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi munkar.
4.   Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga merupakan buahnya keimanan.
5.   Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya.


Tema-tema hadits:
1.    Keutamaan mengatasi kemunkaran: 5 : 78, 7 : 165
2.    Realisasi iman : 2 : 278, 3 : 139, 5 : 23,
3.    Tingkatan iman : 8 : 2








الحـديث الخامس والثلاثون

HADITS KETIGAPULUH LIMA


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَهُنَاوَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍبِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
 [رواه مسلم]
Kosa kata :
 تحاسدوا  : (kalian) saling dengki
تناجشوا     : (kalian) saling menipu
تباغضوا: (kalian) saling membenci
تدابروا  :(kalian) saling memu-tuskan hubungan
يبع (يبيع) : Menjual
يخذلـ(ـه)  : Merendahkan-(nya)
يحقر(ه)   : Menghina-(nya)
صدر(ه)     : Dada (nya)
بحسب    : Cukup


Terjemah hadits:
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya dan kehormatannya “ (Riwayat Muslim).

Kandungan Hadist:
1.   Larangan untuk saling dengki.
2.   Larangan untuk berbuat keji dan menipu dalam urusan jual beli.
3.   Diharamkan untuk memutuskan hubungan terhadap muslim. Sebaliknya harus dijaga persaudaraan dan hak-haknya karena Allah ta’ala.
4.   Islam bukan hanya aqidah dan ibadah saja, tetapi juga di dalamnya terdapat urusan akhlak dan muamalah.
5.   Hati merupakan sumber rasa takut kepada Allah ta’ala.
6.   Taqwa merupakan barometer keutamaan dan timbangan seseorang.
7.   Islam memerangi semua akhlak tercela karena hal tersebut berpengaruh negatif dalam masyarakat Islam.


Tema-tema hadits:
1.   Menciptakan pergaulan yang baik dan harmonis : 49 : 10
2.   Realisasi ukhuwah Islamiyah : 9 : 71
3.   Barometer kehidupan; Taqwa : 49 : 13
4.   Dihormatinya hak dan martabat seorang muslim: 5 : 32, 22 : 30 


الحديث السادس والثلاثون

HADITS KETIGAPULUH ENAM

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :  مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ. [متفق عليه]

Kosa kata :
نفَّس      : Meringankan atau
            menghilangkan
كربة (كرب)   : Cobaan berat
مُعْسِر : Orang yang kesulitan
يسَّرَ        : Memudahkan
عون           : Pertolongan
ستَرَ        : Menutupi
سلك        : Menempuh
اجتمع      : Berkumpul
السكينة     : Ketenangan
سهّل           : Memudahkan
يتدارسونـ(ـه): (Mereka) saling
              mempelajari-(nya)
غشيتـ(هم)  : Liputi, curahkan
حفتـ(هم) : mengelilingi (mereka)
              (kepada mereka)
يسرع      : Segera
             بطأ : Lambat

Terjemah hadits :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya di Hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitann niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Suatu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya. (Muttafaq alaih).
Kandungan Hadist:
1.   Siapa yang membantu seorang muslim dalam menyelesaikan kesulitannya, maka akan dia dapatkan pada hari kiamat sebagai tabungannya yang akan memudahkan kesulitannya di hari yang sangat sulit tersebut.
2.   Sesungguhnya pembalasan disisi Allah ta’ala sesuai dengan jenis perbuatannya.
3.   Berbuat baik kepada makhluk merupan cara untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ala.
4.   Meluruskan niat dalam rangka mencari ilmu dan ikhlas di dalamnya agar tidak menggugurkan pahala sehingga amal dan usahanya sia-sia.
5.   Memohon pertolongan kepada Alla ta’ala dan kemudahan dari-Nya, karena ketaatan tidak akan terlaksana kecuali karena kemudahan dan kasih sayang-Nya.
6.   Selalu membaca Al Quran, memahaminya dan mengamalkannya.
7.   Keutamaan duduk di rumah Allah untuk mengkaji ilmu.

Tema-tema hadits:
1.   Menumbuhkan kepekaan sosial : 107 : 1-7, 70 : 24
2.   Menjaga nama baik seseorang : 49 : 11
3.   Menumbuhkan tradisi ilmiah : 96 : 1, 170 : 36.
4.   Berinteraksi terhadap Al Quran: 73 : 4, 47 : 24, 33:36

الحديث السابع والثلاثون
Hadits ketigapuluh tujuh

عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ  ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً [رواه البخاري ومسلم في صحيحهما بهذه الحروف]
Kosa kata:
بيَّـن             : Menjelaskan  
 هم َّ  : Berkeinginan
ضعف (أضعاف) : Kelipatan
سئية : Keburukan

Terjemah hadits:
Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi: Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut: Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.  (Riwayat Bukhari dan Muslim dalam kedua shahihnya dengan redaksi ini).

Pelajaran:
1.   Kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya yang beriman sangat luas dan ampunannya menyeluruh sedang pemberian-Nya tidak terbatas.
2.   Sesungguhnya apa yang tidak kuasa oleh manusia, dia tidak diperhitungkan dan dipaksa menunaikannya.
3.   Allah tidak menghitung keinginan hati dan kehendak perbuatan manusia kecuali jika kemudian dibuktikan dengan amal perbuatan dan praktek.
4.   Seorang muslim hendaklah meniatkan perbuatan baik selalu dan membuktikannya, diharapkan dengan begitu akan ditulis pahala dan ganjarannya dan dirinya telah siap untuk melaksanakannya jika sebabnya telah tersedia.
5.   Semakin besar tingkat keikhlasan semakin berlipat-lipat pahala dan ganjaran.


Tema hadits:
Anjuran berlomba-lomba untuk kebaikan: 2:148, 23 : 61


الحديث الثامن والثلاثون

Hadits Ketigapuluh delapan


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ
 [رواه البخاري]
Kosa kata:
عادى          : Memusuhi
آذنـ(تـ)(ـه)    : (Aku) izinkan,
تقرب  :Mendekatkan diri, beribadah
umumkan (kepadanya)
النوافل jamak dari نافلة (perkara-perkara sunnah)
افترضـ(تـ)(ـه) : (Aku) wajibkan (padanya)
استعاذ(ني) : Minta perlindungan (kepada-Ku)
يبطش  : Memukul, menampar.

أعيذنـ(ـه) :(Aku) lindungi (dia)

Terjemah hadits:
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhya Allah ta’ala berfirman: Siapa yang memusushi wali-Ku maka telah Aku umumkan perang terhadapnya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah diluar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.“ (Riwayat Bukhari).

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits:
1.   Besarnya kedudukan seorang wali, karena dirinya diarahkan dan dibela oleh Allah ta’ala.
2.   Perbuatan-Perbuatan fardhu merupakan perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah ta’ala.
3.   Siapa yang kontinyu melaksanakan amalan sunnah dan menghindar dari perbuatan maksiat maka dia akan meraih kecintaan Allah ta’ala .
4.   Jika Allah ta’ala telah mencintai seseorang maka Dia akan mengabulkan doanya.

Tema-tema hadits:
1.   Pemahaman  yang benar tentang wali : 10 : 62-64
2.   Keutamaan ibadah nawafil (sunnah) : 35 : 32
3.   Kekuatan dari Allah : 22 : 40, 18 : 39,



الحديث التاسع والثلاثون
HADITS KETIGAPULUH SEMBILAN

عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ عَنْ أُمَّتِي : الْخَطَأُ وَالنِّسْيَانُ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ [حديث حسن رواه ابن ماجة والبيهقي وغيرهما]
Kosa kata:
تجاوز     : Melewatkan,memaafkan
النسيان : Lupa
استكرهوا  : (Mereka) dipaksa


Terjemah hadits:
Dari Ibnu Abbas radiallahuanhuma: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah ta’ala memafkan umatku karena aku (disebabkan beberapa hal) : Kesalahan, lupa dan segala sesuatu yang dipaksa (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi dan lainnya)

Kandungan Hadist:
1.   Allah ta’ala mengutamakan umat ini dengan menghilangkan berbagai kesulitan dan memaafkan dosa kesalahan dan lupa.
2.   Sesungguhnya Allah ta’ala tidak menghukum seseorang kecuali jika dia sengaja berbuat maksiat dan hatinya telah berniat untuk melakukan penyimpangan dan meninggalkan kewajiban dengan sukarela.
3.   Manfaat adanya kewajiban adalah untuk mengetahui siapa yang ta’at dan siapa yang membangkang.
4.   Ada beberapa perkara yang tidak begitu saja dimaafkan. Misalnya seseorang melihat najis di bajunya akan tetapi dia mengabaikan untuk menghilangkannya segera, kemudian dia shalat dengannya karena lupa, maka wajib baginya mengqhada shalat tersebut. Contoh seperti itu banyak terdapat dalam kitab-kitab fiqh.

Tema-tema hadits:
1.   Toleransi hukum Islam : 22 : 78, 2 : 196
2.   Manusiawi dalam penerapan hukum : 64 : 16

 




الحديث الأربعون

Hadits keempat puluh

عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ. وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. [رواه البخاري]

Kosa kata:
غريب       : Orang asing
عابر سبيل     : Pengembara
أمسيـ(ـت) : (engkau berada) di sore hari
أصبحـ(ـت) : (Engkau berada) di pagi hari.
   منكبـ(ي) : (kedua) pundakku


Terjemah hadits:
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang kedua pundak saya seraya bersabda: "Hiduplah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara", Ibnu Umar berkata: "Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu." (Riwayat Bukhari).

Kandungan hadits:
1.   Bersegera mengerjakan pekerjaan baik dan memperbanyak ketaatan, tidak lalai dan menunda-nunda karena dia tidak tahu kapan datang ajalnya.
2.   Menggunakan berbagai kesempatan dan momentum sebelum hilangnya berlalu.
3.   Zuhud di dunia berarti tidak bergantung kepadanya hingga mengabaikan ibadah kepada Allah ta’ala untuk kehidupan akhirat.
4.   Hati-hati dan khawatir terhadap azab Allah adalah sikap seorang musafir yang bersungguh-sungguh dan hati –hati agar tidak tersesat.
5.   Waspada dari teman yang buruk hingga tidak terhalang dari tujuannya.
6.   Pekerjaan dunia dituntut untuk menjaga jiwa dan mendatangkan manfaat, seorang muslim hendaknya menggunakan semua itu untuk tujuan akhirat.
7.   Bersungguh-sungguh menjaga waktu dan mempersiapkan diri untuk kematian dan bersegera bertaubat dan beramal shaleh.
8.   Rasulullah memegang kedua pundak Abdullah bin Umar, adalah agar dia memperhatikan apa yang akan beliau sampaikan. Menunjukkan bahwa seorang pelajar harus diajarkan tentang perhatian gurunya kepadanya dan kesungguhannya untuk menyampaikan ilmu ke dalam jiwanya. Hal ini dapat menyebabkan masuknya ilmu, sebagaimana hal itu juga menunjukkan kecintaan Rasulullah kepada Abdullah bin Umar, karena hal tersebut pada umumnya dilakukan oleh seseorang kepada siapa yang dicintainya.

Tema-tema hadits:
1.   Hakikat kehidupan: 3 : 185, 10 : 24
2.   Optimalisasi setiap kesempatan: 103 : 1-3, 94 : 7.


الحديث الحادي والأربعون
Hadits keempat puluh  SATU

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ [حَديثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ]
Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin ‘Ash radhiallahuanhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa “ (Hadits hasan shahih dan kami riwayatkan dari kitab Al Hujjah dengan sanad yang shahih).
(Hadits ini tergolong dha’if. Lihat Qawa’id Wa Fawa’id minal Arba’in An-Nawawiyah, karangan Nazim Muhammad Sulthan hal. 355, Misykatul Mashabih takhrij Syekh Al Albani, hadits no. 167, juz 1, Jami’ Al Ulum wal Hikam oleh Ibn Rajab).


الحديث الثاني والأربعون
HADITS KEEMPATPULUH DUA
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح ]
Kosa kata:
دعو(تـ)(ني) : (engkau) berdoa, memohon (kepadaku)
رجو(تـ)(ني) : (engkau) mengharap (kepadaku)
أبالي          : (aku) pedulikan
قراب          : Sepenuh
         عنان : awan (yang dimaksud adalah banyaknya)
خطايا bentuk jamak dari خطأ (kesalahan)
أَتَيْـ(تَـ)(نِي) : (engkau) mendatangi-(Ku)
لَقِيْـ(تَـ)(نِي) : (engkau) menemui-(Ku)

Terjemah Hadits:
Dari Anas Radhiallahuanhu dia berkata, Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  bersabda, Allah ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak) awan di langit kemudian engkau minta ampun kepadaku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan “
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: haditsnya hasan shahih).

Kandungan Hadist:
1.   Berdoa diperintahkan dan dijanjikan untuk dikabul-kan.
2.   Maaf Allah dan ampunannya lebih luas dan lebih besar dari dosa seorang hamba jika dia minta ampun dan bertaubat.
3.   Berbaik sangka kepada Allah ta’ala, Dialah semata Yang Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dan istighfar.
4.   Tauhid adalah pokok ampunan dan sebab satu-satunya untuk meraihnya.
5.   Membuka pintu harapan bagi ahli maksiat untuk segera bertaubat dan menyesal betapapun banyak dosanya.

Tema-tema hadits:
1.   Kemurahan Allah ta’ala : 23 : 118, 6 : 133, 7 : 56
2.   Tidak putus asa untuk bertaubat  : 39 : 53, 5 : 74, 3 : 135




1. Yang dimaksud perbuatan di sini adalah amal ibadah yang membutuhkan niat.
2.  Niat adalah keinginan dan kehendak hati.
1. Makna kata "Hijrah" secara bahasa: meninggalkan, sedangkan menurut syariat artinya: meninggalkan negeri kafir menuju negeri Islam dengan maksud bisa melakukan ajaran agamanya dengan tenang. Yang dimaksud dalam hadits ini adalah perpindahan dari Mekkah ke Madinah sebelum Fathu Makkah (Penaklukan kota Mekkah th. 8 H).
1. Yang dimaksud adalah, perbuatan-perbuatan yang dinilai ibadah tetapi tidak bersumber dari ajaran Islam dan tidak memiliki landasan yang jelas, atau yang lebih dikenal dengan istilah bid’ah.
1. Wara’ adalah sikap yang timbul dari rasa takutnya seseorang terhadap  perbuatan haram.
1. Nasehat adalah: ungkapan yang menyeluruh berupa keinginan yang mencakup semua kebaikan.
2. Yang dimaksud adalah bahwa nasehat merupakan penopang agama. 
3.Yang dimaksud dengan nasehat kepada Allah adalah beriman kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya, mensucikannya dari segala kekurangan, ta’at kepada-Nya dan tidak bermaksiat kepada-Nya. Nasehat kepada Rasul-Nya adalah membenarkan risalahnya, beriman kepada semua yang dibawanya, menghormatinya, melaksanakannya ajarannya dll.
1. Maksudnya adalah bahwa mereka yang tidak membayar zakat berhak diperangi berdasarkan hak (ajaran) Islam seperti yang disinggung dalam hadits.
1. Maksudnya adalah bertakwalah kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2.  Dengan pertolongan dan perlindungan-Nya.
3. Maksudnya adalah segala sesuatu telah ditakdirkan dan dibukukan pencatatannya oleh Allah ta’ala.
1. Maksud mengharamkan yang haram adalah: menghindarinya dan maksud menghalalkan yang halal adalah: mengerjakannya dengan keyakinan akan kehalalannya .  
1. Maksudnya adalah timbangan kebaikan seorang hamba pada hari kiamat.
2. Dikatakan cahaya karena shalat dapat menunjukkan seseorang kepada perbuatan yang baik.
3.  Bukti akan kebenaran keimanannya.
4. Menjual dirinya baik kepada Allah ta’ala dengan menta’ati-Nya atau kepada syetan dengan bermaksiat kepada-Nya.
1. Hadits seperti ini disebut hadits qudsi, yaitu hadits yang maknanya dari Allah dan redaksinya dari Rasulullah.
1. Yang dimaksud dengang mereka adalah para shahabat Rasulullah  yang fakir dari kalangan Muhajirin.
2. Tashbih adalah ucapan Subhanallah.
1. Maksudnya adalah melakukan jima’ dengan istri.
1. Hadits dho’if adalah hadits yang lemah kedudukannya dan tidak dapat dijadikan sebagai dalil.