”AKU INGIN JADI DOKTER”
Pagi pagi sekali Bayu sudah bangun,bocah 10 tahun ini harus bekerja keras membantu ibunya,ibu Titi yang sering sakit-sakitan.Tiap pagi dia harus mengantarkan gorengan yang dibuat oleh jerih payah ibunya sendiri untuk dititipkan ke warung buk Somad.Semenjak kematian ayahnya,dia harus membanting tulang,berjuang keras untuk menopang kehidupan keluarganya yang memang sudah terlahir untuk menderita.Dia harus mengurusi kedua adik perempuannya yang masih kecil-kecil,ditambah si ibu yang sudah sering bermain-main dengan penyakit,langganan bagi obat-obat.
”Uhuk...uhuk...” Suara itu menyambut kepulangan Bayu dari sekolah.
”Bunda kenapa,sakit lagi yah??.Sudah Bayu bilang,bun tak usahlah bekerja dulu.Biar Bayu yang menangani semua ini,apa bunda masih tak percaya kepada Bayu??”
”Bayu jangan berlebihan ah,bunda tak apa-apa kok.Cuma kelelahan,nanti setelah istirahat pasti sembuh lagi kok.Oh yah Bayu sudah sholat??”
”Ah tak usah menyebut kata sholat itu lagi bun,percuma kita capek-capek sholat,toh tak ada hasilnya.”
”Astagfirullah,istighfar nak,kita tak berhak menyalahkan allah dalam semua ini,Tapi yang kita harus salahkan adalah diri kita sendiri.” Bayu diam,merenung sejenak,menyimak penggalan kata demi kata yang dilontarkan si ibu.
”Astagfirullah,iya maafkan Bayu bun,maafkan Bayu yah allah,Bayu khilaf.”
”Alhamdulillah,ya sudah sana pergi sholat,nanti keburu ashar nak.”
”Iya bunda,bun jangan lupa untuk istirahat.”
”Iya anakku.” Kecupan hangat menyudahi pembicaraan yang penuh makna itu.
********
1 minggu berlalu...
Namun pagi itu Bayu tak seperti biasanya, dia hanya bermalas-malasan dikamar.Yah,semenjak Didin,anak bolos dan malas itumenjadi murid baru.Bayu selalu dibuatnya malu.Iapun enggan untuk sekolah.
”Hah.. mana mungkin orang miskin sepertimu punya cita-cita. Hahaha...” ini salah satu kalimat yang dilontarkan Didin pada Bayu waktu itu.
”Aduh.. Bayu kenapa tak sekolah? Kamu sakit yah ??” tanya ibu cemas.
”Oh, tidak”
”Lalu kenapa??kalau ada masalah ceritakan ke Bunda, mungkin Bunda bisa bantu”.
Akhirnya perasaan kesal yang dipendam Bayu selama ini tuntas mengalir dalam ceritanya.
”Oh.. hanya karena itu. Memangnya kenapa Bayu pingin jadi dokter??” tanya ibu tenang.
”Hmm,, Bayu ingin Bunda tak sakit-sakitan lagi. Terus dunia ini bebas dari penyakit. Lalu tak ada lagi orang miskin yang harus mengutang untuk berobat.”
”Oh, cita-cita yang sangat mulia anakku.”
”Ta....pi apa orang miskin seperti kita bisa Bun.”
”Siapa bilang tidak bisa,asalkan ada niat,usaha,dan kerja keras. Jangan lupa berdoa!!!”
”Sudah bunda.”
”Alhamdulillah,kalau memang belum terkabul,insya allah sang gusti akan membalasnya lebih baik dari yang kau pinta anakku.”
”Benarkah itu bun?? Tanyaku lugu.
”Iya nak,insya allah,maka dari itu janganlah terus mengeluh,karena itu tak akan membawa perubahan.”
”Oh yah,apa Bayu tak kasihan sama Bunda??” Bunda kembali bertanya dengan tatapan penuh harap.
”Yah kasian lah Bunda!!”
”Nah kalau begitu Bayu harus rajin sekolah.Gimana mau jadi dokter kalau malas-malasan seperti ini.Seorang dokter tak boleh takut dengan apapun,tak usah dipikirkan kata-kata temanmu itu.Anggap saja mereka tak ada,ini cobaan,kalau Bayu sanggup melewatinya,insya allah Bayu bisa jadi dokter deh.”
”Ah masa sih bun??” Pertanyaan polos dari bocah kelas 4 SD membuat si ibu tersenyum bangga,melihat panji kebenarannya itu berkumandang.
”Iya sayang,insya allah bisa!!”
”Oce deh,kalau begitu Bayu akan sekolah lagi,dan janji tak akan malas-malasan seperti ini.Makasih bunda,Bayu sayang bunda.”
”Bunda sayang Bayu juga.” Si ibu merangkul hangat sang anak,pemandangan yang amat mengharukan.
Semenjak itu Bayu tak pernah meninggalkan sekolah lagi,nilainya sangat membanggakan,mejadi primadona kelas yang disegani,beasiswa yang didapatnya mampu membiayai sekola kedua adiknya,dan ekonomi keluarganya.Cita-citanya menjadi dokter semakin kuat,semoga impian itu menjadi nyata,impian seorang bocah 10 tahun.
********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar