”HADIAH TERINDAH”
Universitas Tilburg, Belanda...
Universitas khusus buat anak-anak yang berjumlah 160 anak yang berusia 9-12 tahun ini akan mengadakan ”Lomba pemain biola cilik” dan bagi pemenang akan mendapatkan liburan wisata gratis selama 1 minggu.
Prof.Dr Marcel guru besar dibidang Psikologi yang merintis acara itu. Kuliah gratis yang berlangsung sekitar 1 jam ini membuatku sangat senang.Selain menambah wawasan juga tak bertumbrukan dengan jadwal sekolahku.
********
Minggu 18 Februari acara itu akan berlangsung. Jadi tersisa waktu 2 minggu lagi.
”Ah....tak mungkin aku ikut. Aku pasti kalah. Mereka semua hebat-hebat.” Begitu pikirku ketika hendak tidur.
Besoknya,tumben mami dan papi perhatian padaku. Padahal selama ini mereka selalu sibuk dan tak ada waktu untukku.
”Chris...jangan putus asa gitu dong.Ayo semangat.” bujuk mami padaku.
”Ah Chris tak mau mom,sudah berapa kali Chris katakan. Chris tak bisa,lagipula Chris tak berminat dan tak punya bekal dibidang itu.” Tukasku kesal,kenapa mereka belum mengerti apa keinginanku.
Mereka cuma bisa menuntut dan menuntut,tapi tak pernah mau membekali diri dengan keteladanan yang baik.
”Kalau Chris tak mau, mami tak akan mengijinkanmu ke Universitas itu lagi.” ancam mami membuatku takut,yah akhirnya kuterima saja ajakannya,itupun kakakku yang mengantarnya.
********
Saat pertama kumasuki ruangan itu,keringat dingin menghampiri.Ada lima anak seusiaku yang ikut kursus disitu, aku menggenapinya menjadi enam, tiga orang cowok dan tiga orang cewek.
Tiga hari berlalu,tapi latihanku tak membuahkan hasil.
”Aduh Chris yang benar dong. Madam capek memberitahumu. Bukan begitu,tapi begini Chris”.Ucapan Mrs Helma semakin membuatku tak bersemangat.Serentak teman-teman menyorakiku.Si gendut Petriks dan Luciana selalu saja membuatku down mentang-mentang sudah bisa.
”Ayo Chris kamu pasti bisa.”Dukungan dari Jhon sedikit membuatku tenang.
”Iya semangat..” Tambah Derby pula.
Sepulang kursus kuhanya duduk bermalas-malasan.Aku muak dengan semua keterpaksaan ini,mengapa aku yang harus jadi korban keegoisan kedua orang tuaku.
”Chris,kalau kau hanya duduk berpangku tangan seperti ini mana bisa berhasil.” Nasehat kakakku Merry tak membuatku beranjak dari tempat duduk.
”Kakak diam saja,aku putuskan untuk tak ikut lomba itu.Lagipula mami dan papi tak akan menontonku.Mereka cuma bisa menuntut yang lebih dari anak-anaknya.Tapi tak tak pernah mau memberi apa yang menjadi keinginan anaknya.”
”Kalau itu maumu,yah terserah kamu lah.Tapi kakak ingin sekali melihat kau menang.” Sedu sedan dari bibirnya membuatku sedikit luluh,akhirnya kuputuskan untuk tetap ikut lomba itu.
********
Tak terasa sisa empat hari lagi perlombaan akbar itu akan berlangsung.Tak kusia-siakan kesempatan itu,keberlatih dan berusaha semaksimal mungkin,kuhilangkan rasa takut dan kurang percaya diriku,apalagi demam panggung,itu adalah penyakit yang harus kubuang jauh dari diri ini.
Hari itupun tiba,waow ramai sekali.Dua jam berlalu,lima menit lagi giliranku.Tapi...ketika ingin kuambil biola dari dalam tas.Aku tak menyangka ada orang yang setega ini kepadaku,saat ini,di hari yang paling bersejarah bagiku.
”Apa??Senarnya putus.Ini pasti ulah Petriks.Oh seandainya kubawa saja tas ini ke toilet,pasti tak akan seperti ini.” Ah penyesalan tak ada gunanya sekarang,sudah terlambat.
”Belum terlambat kok,nih pakai punyaku saja.” Tawaran Derby bagai seorang malaikat yang hendak membagikan rizkinya bagi hamba yang didzalimi sepertiku.
1,2,3...
Namaku disebut berulang berulang,dengan perasaan gugup,penuh harap,cemas,ditambah lagi dengan masalah sepele tadi.
Diatas panggung rasa canggung itu semakin membuatku tak konsentrasi,apalagi mami dan papi tak bisa hadir karena ada urusan dengan pekerjaannya.
”Ah aku pasti bisa.” Bisikan semangat dari lubuk kecil sanubariku itu bersenandung syahdu.
Kumulai menutup mata,kumainkan alunan melodi itu dengan santai dan tenang,kugesek senar-senar biola itu dengan penuh hati-hati,penuh jiwa dan penuh rasa suka cita.Tepuk tangan menggema,tapi itu belum selesai,pengorbanan masih harus diperjuangkan.Kembali suara gema suka cita penonton menghiasi panggung ini.Treengg,permainan selesai,kupamit,dan segera berlari kembali kebelakang.
********
Tiga jam berlalu,pengumuman pemenang akan segera dibacakan,aku psimis untuk menang,sekarang yang kupikirkan adalah bagaimana caranya agar aku bisa cepat keluar dari gedung ini.Kututup kupingku,aku tak ingin mendengarnya lagi.Dua orang telah menjadi pemenang,gagal,aku tak ada harapan lagi,tak mungkin aku menempati posisi tertinggi itu,permainanku saja masih acak-acakan,sedang yang lain sungguh sangat amat luar biasa.
Waow....betapa kagetnya aku ketika nama itu,yah nama itu dipanggil untuk kesekian kalinya.Aku menaiki panggung kebanggan itu dengan suka cita dan haru.Teriakan Mrs.Helma,tepukan tangan Derby dan tentu saja Jhon serta kak Mery semakin menambah rasa pede ini untuk terus berdiri dipanggung itu.
Namun semua pupus ketika si pemberi pengumuman menyatakan bahwa orang tua harus ikut hadir menemani pemenang,aku tertunduk lesu,kesal,cemas,khawatir,dan semua perasaan tak enak lainnya.
Ketika rintikan air mata ini mulai menetes,dari pojok sana,dibawah tangga sana,yah aku tak salah lihat,mami dan papi datang dengan senyum kebanggan mereka.
”I’m sorry honey..” Ucap mereka berbarengan.
Air mata tak bisa kubendung lagi,kupeluk erat tubuh mereka dengan sangat kencang,aku tak ingin melepasnya lagi.
Seandainya mereka tahu,bukan juara yang kudambakan kehadirannya,sebenarnya dalam lubuk hatiku,dalam moment-moment seperti inilah yang kuinginkan kehadirannya.Kedatangan mami dan papi adalah hadiah terindah dalam hidupku.
********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar