"MAKNA SEBUAH PEMBERIAN”
Hari itu 2 April,kududuk termenung menatap embun yang baru keluar dari peraduannya.Padahal biasanya sebelum hari ini,kami sekeluarga tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan bekal untuk menyambut hari jadiku.Sekarang,suasana itu hanya kenangan,mama dan papa sedang tugas keluar kota,dan hanya ada mba Nunu yang menemaniku.
”Bela sayang nggak sekolah??Matahari sudah mulai tinggi dek,ntar kau telat,cepatlah siap-siap.”Mba Nunu menyapaku hangat,seperti biasa,beliau sibuk mengurusi perlengkapan sekolahku.Ku sengaja tak menjawab,kuturuti saja perkataannya.Hari ini hari yang membosankan.
Bukan itu saja,beberapa hari sebelumnya,di sekolah nilai ku mulai anjlok,buk Ningsih sudah berulang kali mengingatkanku untuk mengerjakan PR,tapi hanya masuk kuping kanan,lalu setelah itu keluar kuping kiri.Teman-teman terus mengolokiku,aku benar-benar bosan sekarang,sangat tak suka dengan kehidupan seperti ini.
Yang membuatku sangat marah,kecewa,dan malu adalah ketika undangan ulang tahun yang sudah kubagikan ke mereka terpaksa dibatalkan karena mama dan papa pergi keluar kota.Hari ini,genaplah tiga hari kebosanan itu melanda.
********
Mba Nunu,kakak terbaik yang kumiliki sekarang mengajakku untuk makan diluar.Awalnya aku menolak,tapi itulah aku,anak kecil sepertiku mudah saja untuk dirayu.
Beberapa menit kemudian,setelah acara santap siang itu berlalu.
”Happy birthday to you,happy birthday to you,happy birthday,happy birthday,happy birthday to…you!!” Waow betapa kagetnya aku ketika semua teman-teman,tetanggaku menyanyikan lagu itu.
“Kejutan!!!” Dari pintu belakang restoran ini mama dan papa membawakan kue tar untukku,aku sungguh sangat tak percaya,mereka semua mengerjaiku,mama dan papa ternyata tak keluar kota.Ini hanya rekayasa belaka agar membuatku sedikit jera dengan kemanjaanku selama ini.Ih menyebalkan…
Malamnya,diatas meja belajar,sebuah bingkisan kado menarik perhatianku.Kubuka,haa apa??Hanya sebuah celengan,tanpa buang waktu ku berlari menuju ruang tengah.
“Ma…kok cuma celengan sih.Katanya mau beliin Bela sepeda baru.”Ucapku marah-marah.
“Bela sepedamu yang kemarin kan masih bisa dipakai nak.Lagipula itu masih bagus bukan.”
”Suatu saat kau akan mengerti kenapa kami memberikan hadiah ini untukmu.” Papa menambahkan.
”Uh pokoknya Bela mau sepeda,sepeda seperti punyanya Marsha.”
Tek..tek..bunyi celengan kura-kura itu menyudahi pembicaraan yang cukup seru tadi.Kuberlari menuju kamar dengan wajah cemberut.
********
Besoknya sepulang sekolah kembali kutemui mama dan papa.Dengan hati-hati aku mencoba merayu mereka lagi.
”Ma,pa,kalau sepeda barunya tidak jadi dibelikan.Beliin Bela sepatu baru aja deh.Soalnya kemarin kudengar pembicaraan Marsha dan Dita bahwa meraka akan dibelikansepatu cinderella.Bela ingin punya sepatu itu,Bela ingin menjadi orang pertama yang memilikinya.Terus mereka akan bangga dengan Bela.Boleh yah ma??”
”Pokoknya tidak boleh,seingat papa mba mu baru membelikan sepatu minggu kemarin.Lagipula sepatumu masih banyak kan,tinggal dibersihkan saja.”
”Iya dek,seharusnya dede bersyukur masih bisa pakai sepatu baru kesekolah.Tapi apa Bela pernah tahu kalau masih banyak teman-teman Bela diluar sana yang membutuhkan sepatu.Mungkin kesekolahpun mereka harus memakai sandal,bahkan bertelanjang kakipun tak apa-apa.” Ucapan mba Nunu belum mampu membuatku luluh,maklum bocah dua SD yang masih penuh dengan keegoisan.
”Ya sudah kalau mama,papa dan mba Nunu tak mau membelikanku.Bela mau beli sendiri,kalia semua jahat sama Bela,mama papa sudah tak sayang Bela lagi.” Dengan nada kesal kuberlari menuju kamar,kucari kembali celengan kura-kura yang kubuang kemarin.
”Aha kutabung saja uangku dalam celengan ini,terus kalau sudah banyak akan kubeli sepatu cinderella itu.” Naluri kecilku berbisik mengiyakan.
Menabung dimulai,aku mulai menyisihkan sebagian uang jajan dalam celengan kura-kura plastik itu.Lima hari berlalu,tak terasa celenganku sudah semakin berat,kuberniat akan membukanya dua hari lagi,tepat hari minggu.
********
”Dian kenapa memakai sandal,mana sepatumu??” Teguran bu Ningsih padanya mengundang perhatianku untuk menatap Dian dengan seksama.
”Hmm..sudah,sudah rusak buk,sedangkan Dian tak punya uang untuk membelinya.Apalagi ibu sedang tak punya uang dan sering sakit-sakitan,ayah hanya seorang tukang becak.” Tangisan Dian membuatku terharu,aku tak menyangka penderitaannya selama ini begitu memilukan,begitu tegarnya ia menjalani semua ini,seorang bocah 2 SD harus mengalami hal sepahit ini.
Sepulang sekolah,kubuka tabunganku,alhamdulillah jumlahnya Rp75.000,-.Segera kuajak mba Nunu untuk mengantarkanku membeli sepatu itu. Awalnya mba tidak mau tetapi dengan rengekanku akhirnya mba luluh juga.
Ketika pulang mama dan papa marah-marah padaku. Tapi aku tak peduli,kumasuk ke kamar,kubungkus rapi sepatu idamanku itu. Lalu sisa uangnya kumasukkan dalam amplop.Kuminta mama dan papa untuk mengantarkanku ke rumah Dian.Mba Nunu juga meminta untuk ikut.
Dalam perjalanan mama dan papa hanya bisa diam melihat tingkahku. Apalagi bungkusan di tanganku membuat mereka semakin penasaran. Mba Nunu hanya tersenyum aneh.
”Assalamu’alaikum....”
”Wassalamu‘alaikum,,,Be...La.. oh silahkan masuk Bel maaf berantakan.”
“Tak apa kok.Tak usah repot.“ Tanpa ulur waktu segera ku berikan bungkusan itu kepada Dian plus amplopnya.
Subhanallah betapa senangnya ketika Dian membuka bungkusan itu. Mama,papa dan mba’ Nunu hanya mampu tersenyum bangga.Seakan-akan tak percaya dengan apa yang kulakukan pada sore hari ini.
”Bel...terimakasih ya Bel.” Pelukan hangat dan tangisan Dian membuatku ikut menitikan air mata.
Setelah kejadian itu, aku sadar betapa pentingnya membantu sesama.
”Terimakasih ma,pa, dan mba’ berkat celengan yang kukira tak bermanfaat. Ternyata mebuahkan hasil.” ucapku dalam do’a.
********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar