DI BAWAH LANGIT ILAHI


Mencoba merenungi makna hidup yang tengah dijalani, mencari jati diri yang masih bimbang ditelan peristiwa.

Menanti kapan semua akan berakhir, ahh belum kawan, perjuangan itu belum usai.
Masih menunggu air surga kembali menjamah kerongkonganku, hingga tak ada lagi lantunan syair selain menyebut asmamu.
Disini, di bawah langit sang pencipta,
aku,
dengan segala keterbatasan dan kelebihanku,
mencoba merubah apa yang menurutku tak pantas.
Semboyan itu : Amar Ma'ruf Nahi Munkar wa Fastabiqul Khairat akan terus menggema.
Tak lain dan tak bukan adalah untuk tuhanku,
berharap ridho atas semua perjuangan ini.
Disini, dibawah langit ilahi, aku sudah berjanji pada doa-doa itu,
akan kupersembahkan diriku bagi kebahagiaan dunia dan senyuman akhirat.
^_^

Kamis, 10 Februari 2011


KERTAS SAKTI



Menatap kosong pada jari jemari yang tak berdosa
Merenung hampa pada rintihan gelora sukma yang bertengger disana
Mengores luka,menorah pilu,menggelikan
Geli raut wajahnya,geli akan bau tubuhnya
Merona,walau dengan debu arang

Pagi buta mengalahkan matahari terbit
Pagi buta mengalahkan dinginnya kutub
Pagi buta bersama tumpukan-tumpukan arang
Bersama para sampah-sampah usang
Menggelikan…
Geli akan keriput tangannya,geli akan gerak tubuhnya

Belum selesai…
Nostalgia dipadang gembala kembali menyahut
Nostalgia bersama ilalang genit kembali bersiul
Waktu telah tiba
Saatnya mengalahkan sang matahari
Bertaruh tenaga atau nyawa
Bertaruh untung atau rugi


Demi sesuap nasi,demi sesendok sayur
Demi kenyangnya perut si kecil,demi lahapnya gairah si anak
Demi senyuman sang istri,demi kokohnya rumah tangga
Demi berlangsungnya hidup,demi tegaknya syariat

Syariat akan kefuturan,syariat akan kekufuran
Takut menimpa,tak ingin terjadi
Berusaha berdiri,menopang masa depan
Walau hanya sebagai pemulung jalanan
Kembali berdiri,demi keceriaan itu
Tak ingin futur,tak boleh kufur
Miskin bukan alasan,ini kasih sayang
Sang khalik sedang ingin menguji
Harus bisa dilalui

Walau hanya pemungut sampah,walau hanya pedagang asongan
Walau hanya pengamen terowongan,walau hanya seorang satpam
Keluhan itu tak boleh berucap,tak boleh
Ini ujian,sang pencipta sedang ingin bergurau indah

Tepuk tangan…
Mereka berhasil,miskin bukan menjadi alasan
Perebutan demi kertas sakti itu berhasil
Demi kertas sakti,demi kertas sakti
Halal,mungkin..
Tak perlu ditanya,kertas sakti itu adalah umpan
Walau sebenarnya tak boleh begitu
Bukan demi kertas sakti,tetapi demi Sang Illahi

Kehabisan kata-kata…
Disini masih berdoa,berharap kertas sakti tak menjadi alasan
Berharap si mampu tak terpedaya,berharap si raut wajah dekil tak tertipu
Bukan demi kertas sakti,kertas sakti itu hanya umpan
Tak boleh,tak boleh..

Jerih payah itu,peluh keringat itu
Keriput wajah renta,goresan tangan sampah
Semoga menjadi kasturi
Kemegahan itu,kemewahan itu
Semoga menjadi ladang akhirat
Kertas sakti itu…
Semoga menjadi titian menuju jannahnya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

singgah 800 tahun permata yang hilang
http://wicararumi.blogspot.com