DI BAWAH LANGIT ILAHI


Mencoba merenungi makna hidup yang tengah dijalani, mencari jati diri yang masih bimbang ditelan peristiwa.

Menanti kapan semua akan berakhir, ahh belum kawan, perjuangan itu belum usai.
Masih menunggu air surga kembali menjamah kerongkonganku, hingga tak ada lagi lantunan syair selain menyebut asmamu.
Disini, di bawah langit sang pencipta,
aku,
dengan segala keterbatasan dan kelebihanku,
mencoba merubah apa yang menurutku tak pantas.
Semboyan itu : Amar Ma'ruf Nahi Munkar wa Fastabiqul Khairat akan terus menggema.
Tak lain dan tak bukan adalah untuk tuhanku,
berharap ridho atas semua perjuangan ini.
Disini, dibawah langit ilahi, aku sudah berjanji pada doa-doa itu,
akan kupersembahkan diriku bagi kebahagiaan dunia dan senyuman akhirat.
^_^

Jumat, 25 Februari 2011

AL-JUBAIL DA’WAH & GUIDANCE CENTER
DA’WAH  AFFAIRS


مركز دعوة الجاليات بالجبيل
الشئون الدعوية
AQIDAH SETIAP MUSLIM                         
 عقيدة كل مسلم
 NO
SOAL
JAWAB
DALIL AYAT
DALIL HADITS
1
Untuk apa Allah menciptakan kita?
Hanya untuk beribadah kepada-Nya dan tidak berbuat Syirik kepada-Nya (menyekutukan-Nya).
“Tidaklah Kami jadikan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku”. (Adz-Dzariyat: 56)
“Hak Allah atas para hamba ialah (hendaknya mereka) beribadah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. (HR. Bukhari dan Muslim / Muttafaq ‘Alaih)
2
Bagaimana cara beribadah kepada-Nya?
Sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya disertai ikhlash.
“Dan mereka tidak diperintah kecuali beribadah kepada Allah dengan hati yang ikhlash”. (Al-Bayyinah: 5)
“Barangsiapa yang beramal tidak sesuai dengan perintah (syari’at) saya adalah tertolak. (HR. Muslim)
3
Haruskah kita menyembah-Nya disertai  rasa takut (Khauf) dan harap (Raja’)?
Ya, kita harus (juga) menyembah-Nya dengan perasaan takut dan penuh pengharapan.
“Dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan”. (Al-A’raf: 56)
‘Saya memohon kepada Allah  akan Surga dan berlindung diri kepada-Nya dari Neraka. (HR. Abu Daud)
4
Apakah Ihsan dalam beribadah itu?
Senantiasa merasa dalam pengawasan Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
“Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu sekalian”. (An-Nisa: 1)
“Al-Ihsan adalah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, kalaupun kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia Melihatmu”. (HR. Muslim)
5
Untuk apa Allah mengutus para rasul?
Untuk mengajak umatnya beribadah kepada Allah dan menafikan (menghilangkan) Syirik kepada-Nya.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut (setan dan apa saja yang disembah selain Allah) itu”. (An-Nahl: 36)
“Para nabi itu bersaudara dan agama mereka adalah satu (yakni, masing-masing mengajak kepada Tauhid)”. (Muttafaq ‘Alaih)
6
Apakah Tauhid Uluhiyah  itu?
Yaitu mengesakan Allah dalam beribadah, seperti : berdo’a, bernadzar dan berhukum.
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah”. (Muhammad: 19)
“Maka jadikanlah da’wahmu yang paling awal kepada “Laa ilaaha illallah” . (Muttafaq ‘Alaih)
7
Apa arti “Laa ilaaha illallah” ?
Tiada Tuhan yang disembah dengan haq kecuali Allah.
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah yang bathil”.  (Luqman: 30)
“Barangsiapa yang berikrar “Laa ilaaha illallah” dan mengingkari segala sembahan selain Allah, maka haram harta dan darahnya”.  (HR. Muslim)
8
Apa pengertian Tauhid Asma dan Sifat?
Menetapkan apa saja yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan dalam mensifati diri-Nya.
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (As-Syura: 11)
“Allah Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap sepertiga malam (turun sesuai keagungan-Nya)”. (Muttafaq ‘Alaih)
9
Apa manfaat  Tauhid bagi setiap insan muslim?
Mendapatkan petunjuk di dunia dan selamat dari siksa Neraka di akhirat.
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan Syirik, mereka itulah orang–orang yang mendapat keamanan dan petunjuk”. (Al-An’am: 82)
“Hak para hamba atas Allah adalah tidak menyiksa hamba yang tidak menyekutukan diri-Nya dengan sesuatu apapun”.  (Muttafaq ‘Alaih)
10
Di mana Allah berada?
Allah di atas ‘Arsy yang beraada di atas langit.
“Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy”. (Thaaha: 5)
“Sesungguhnya Allah mencatat kitab yang tertulis di sisi-Nya di atas ‘Arsy”. (HR. Bukhari)
11
Apakah Allah beserta kita dengan Dzat atau ‘Ilmu-Nya?
Allah beserta kita dengan ‘Ilmu-Nya, Mendengar dan Melihat kita.
“Allah berfirman: “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku Mendengar dan Melihat”. (Thaaha: 46)
“Sesungguhnya kalian menyembah Dzat yang Maha Mendengar dan dekat dan Dia beserta kalian (yakni, dengan ‘ilmu-Nya mendengar dan melihat kalian)”.  (HR. Muslim)
12
Apa dosa yang paling besar itu?
Dosa yang paling besar adalah Syirik Akbar (besar).
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (Luqman: 13)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, apa dosa yang paling besar itu? Beliau menjawab : “Kamu menyembah tandingan Allah, padahal Dia yang menciptakanmu”.  (HR. Muslim)
13
Apa Syirik besar itu?
Yaitu mengalihkan suatu ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a, berqurban, bernadzar  dll.
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya”.  (Jin: 20)
“Dosa besar yang paling besar adalah Syirik kepada Allah”. (HR. Bukhari)
14
Adakah Syirik itu dikalangan kaum muslimin?
Ya, -dengan penyesalan yang mendalam- ada banyak sekali.
“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)”. (Yusuf: 106)
“Hari kiamat tidak terjadi hingga kabilah-kabilah dari umatku menyusul kaum musyrikin hingga mereka menyembah berhala”. (HR. Tirmidzi)
15
Apa hukum berdo’a kepada selain Allah?, seperti kepada para wali misalnya.
Berdo’a kepada mereka termasuk syirik yang memasukkan pelakunya kekal di dalam Neraka. (Na’udzu billah)
“Maka janganlah kamu berdo’a kepada tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab”. (As-Syu’ara: 213)
“Barangsiapa mati dan beribadah kepada selain Allah sebagai tandingan, maka ia masuk Neraka”. (HR. Bukhari)
16
Apakah berdo’a itu termasuk bentuk ibadah kepada Allah?
Ya, berdo’a itu merupakan salah satu bentuk ibadah kepada-Nya.
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu (Kukabulkan untukmu)”. (Ghafir: 60)
“Berdo’a itu adalah ibadah”. (HR. Tirmidzi, ia berkata : Hadits shahih)
17
Apakah mayit (orang yang telah mati) itu mendengar do’a?
Orang-orang yang telah mati tidak mendengar do’a.
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang telah mati itu mendengar”. (An-Naml: 80)
“Sesungguhnya Allah memiliki Malaikat yang berkeliling di bumi, mereka menyampaikan salam umatku kepada diriku”. (HR. Ahmad)
18
Bolehkah kita minta bantuan kepada mayit dan atau orang yang tidak hadir (gaib)?
Tidak boleh kita minta bantuan mereka, tapi kita harus minta tolong kepada Allah.
“Ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankannya bagimu”. (Al-Anfal: 9)
“Wahai Dzat Yang Hidup Kekal dan terus  menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu kami memohon bantuan”. (HR. Tirmidzi)
19
Bolehkan memohon bantuan kepada selain Allah?
Tidak boleh minta bantuan kecuali kepada Allah.
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”. (Al-Fatihah: 5)
“Jika kamu minta, mohonlah kepada Allah dan jika minta bantuan, maka mohonlah bantuan kepada Allah”. (HR. Tirmidzi : Hasan shahih)
20
Bolehkan kita minta bantuan orang hidup yang hadir?
Ya, terbatas dalam segala hal yang mereka mampu.
“.. dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa”. (Al-Maidah: 2)
“Allah selalu menolong hamba-Nya selama dia menolong saudaranya”. (HR. Muslim)
21
Bolehkah bernadzar kepada selain Allah?
Tidak boleh bernadzar kepada selain Allah.
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis)”. (Ali-Imran: 35)
“Barang siapa yang bernadzar untuk ta’at kepada  Allah maka lakukanlah dan barangsiapa yang bernadzar untuk maksiat kepada-Nya maka jangan lakukan itu (urungkanlah)”. (HR. Bukhari)
22
Apa hukum menyembelih hewan untuk selain Allah?
Hukumnya Syirik. Tidak boleh menyembelih hewan kecuali untuk Allah semata?
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah”.  (Al-Kautsar: 2)
“Allah melaknat orang yang menyembelih hewan untuk selain Dia”. (HR. Muslim)
23
Bolehkah melakukan Thawaf di kuburan?
Tidak boleh melakukan Thawaf kecuali di sekeliling Ka’bah.
“.. dan hendaklah mereka melakukan Thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)”. (Al-Hajj: 29)
“Siapa saja yang berthawaf di Ka’bah tujuh putaran dan shalat dua raka’at, maka hal itu seperti (pahala) memerdekakan budak”. (HR. Ibnu Majah)
24
Bolehkah kita shalat, sedangkan di depan kita ada kuburan?
Tidak boleh mendirikan shalat ke arah kuburan.
“Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram”. (Al-Baqarah: 144)
“Janganlah kalian duduk di kuburan dan jangan pula shalat menghadap ke arahnya”. (HR. Muslim)
25
Apa hukum melakukan Sihir?
Perbuatan Sihir termasuk kafir.
“.. tetapi setan-setan itulah yang kafir (yang melakukan Sihir), mereka mengajarkan Sihir kepada manusia ...”. (Al-Baqarah: 102)
“Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan, yaitu Syirik, Sihir ...”.  (HR. Muslim)
26
Bolehkah kita membenarkan peramal dan dukun?
Jangan kalian percayai mereka dalam pemberitahuan tentang hal-hal gaib.
Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang megetahui perkara gaib, kecuali Allah”.  (An-Naml: 65)
“Barangsiapa yang mendatangi peramal atau dukun lalu ia mempercayai ucapannya, maka sungguh ia telah kafir terhadap Risalah Muhammad”. (HR. Ahmad)
27
Adakah seseorang (selain Allah) itu mengetahui hal gaib?
Tiada seorangpun yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah semata.
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tiada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri”.  (Al-An’am: 59)
“Tidak ada yang mengetahui perkara gaib  kecuali Allah semata”. (HR. Thabrani)
28
Apa hukum melaksanakan undang-undang yang bertentangan dengan Islam?
Memberlakukan dan melaksanakan undang-undang tersebut adalah kafir.
“Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”.  (Al-Maidah: 44). Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu adalah kafir dibawah kafir, kecuali ia menganggap hukum manusia lebih baik dari hukum Allah.
“Selama para penguasa mereka tidak berhukum kepada kitab Allah dan membolehkan yang bersumber dari apa yang telah di turunkan Allah, maka Allah akan menimpakan  permusuhan yang hebat antara sesama mereka”. (HR. Ibnu Majah)
29
Apa bahaya dari Syirik Akbar (besar) itu?
Syirik besar menjadikan  pelakunya kekal di Neraka.
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukuan Allah, maka Allah mengharamkan baginya Surga dan tempatnya ialah Neraka”. (Al-Maidah: 72)
“Barangsiapa mati dalam keadaan berbuat Syirik kepada Allah niscaya akan masuk neraka”. (HR. Muslim)
30
Apakah amal itu bermanfaat jika disertai dengan Syirik?
Tidak akan bermanfaat suatu amal yang disertai Syirik.
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (Al-An’am:  88)
“Siapa saja yang beramal dan menyekutukan Aku dengan selain diri-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan Syiriknya”. (Hadits Qudsi, riwayat Muslim)
31
Bolehkah bersumpah dengan selain Allah?
Tidak boleh bersumpah dengan selain Allah.
Katakanlah: “Demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan ..”. (At-Taghabun: 7)
“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka ia telah berbuat Syirik”. (HR. Ahmad)
32
Bolehkah menggantungkan Jimat dan Tamimah untuk kesembuhan?
Tidak boleh melakukannya, bahkan hal itu termasuk Syirik.
“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang bisa menghilangkannya melainkan Dia sendiri”. (Al-An’am: 17)
“Barangsiapa yang menggantungkan Tamimah (sesuatu yang digantungkan agar terhindar dari mata dengki (hasad), maka ia telah berbuat Syirik”. (HR. Ahmad)
33
Dengan apa kita bertawassul kepada Allah?
Kita bertawassul dengan nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya dan amal shalih kita.
“Hanya milik Allah Asma’ul Husna, berdo’alah kepadaNya dengan menyebut Asma’ul Husna tersebut”. (Al-A’raf: 180)  
“Saya meminta dengan seluruh  nama-Mu yang telah Engkau namai diri-Mu dengannya”.  (HR. Ahmad)
34
Apakah do’a itu memerlukan perantara dari seseorang?
Tidak, do’a tidak memerlukan perantara dari seseorang.
“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan do’a orang yang berdo’a jika ia  berdo’a kepada-Ku”. (Al-Baqarah: 186)
“Sesungguhnya kalian menyembah Dzat yang Maha Mendengar dan dekat dan Dia beserta kalian (yakni, dengan ‘ilmu-Nya Mendengar dan Melihat kalian)”. (HR. Muslim)
35
Apa macam perantara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu?
Perantaraan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah Tabligh (penyampaian)
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. (Al-Maidah: 67)
“Ya Allah, sudahkah saya menyampaikannnya. Ya Allah persaksikanlah”. (HR. Muslim)
36
Dari siapa kita memohon syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ?
Kita meminta syafa’at beliau dari Allah 'Azza wa Jalla.
Katakanlah: “Hanya milik Allah semua syafa’at itu”. (Az-Zumar: 44)
“Ya Allah, jadikanlah syafa’atnya untuk diriku (yakni syafa’at Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diri hamba)”. (HR. Tirmidzi: Hasan)
37
Bagaimana cara mencintai Allah dan Rasul-Nya?
Caranya ialah, dengan ta’at dan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihimu ..”. (Ali-Imran: 31)
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian hingga saya lebih ia cintai dari orangtua dan anaknya serta seluruh manusia”. (HR. Bukhari)
38
Bolehkah kita berlebihan dalam mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ?
Tidak, kita tidak usah berlebihan dalam mencintainya.
Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang menusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa  sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. (Al-Kahfi: 110)
“Sesungguhnya saya adalah manusia seperti  kalian (hanya saja Allah memberiku wahyu)”. (HR. Ahmad, dishahihkan  Al-Albani)
39
Siapakah makhluk pertama yang diciptakan Allah?
Dari manusia adalah Nabi Adam, sedangkan dari benda ialah Qalam.
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. (Shaad: 71)
“Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali diciptakan Allah adalah Qalam”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi : Hasan)
40
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diciptakan dari cahaya atau dari Nutfah (Mani)?
Allah menciptakan beliau dari air mani.
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani ..”. (Ghafir: 67)
“Sesungguhnya penciptaan insan dikumpulkan dalam rahim ibunya 40 hari berupa Nutfah ...”. (Muttafaq ‘Alaih)
41
Apa hukum berperang Jihad fii sabilillah itu?
Berjihad wajib, baik dengan harta, jiwa, lisan atau dengan ketiga unsur tersebut sekaligus.
“Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu ..”. (At-Taubah: 41)
“Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kalian”. (HR. Abu Daud)
42
Apa yang kamu ketahui tentang Wala’  kepada kaum mukminin?
Yaitu mencintai dan membantu orang-orang yang beriman yang mentauhidkan Allah.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki atau wanita, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain”. (At-Taubah: 71)
“Seorang mukmin dengan yang lain itu bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan bagian yang satu dengan bagian lainnya”. (HR. Muslim)
43
Bolehkah berwala’ kepada orang-orang kafir?
Berwala’ dan membantu orang kafir tidak boleh.
“Barangsiapa diantara kamu berwala’ kepada mereka (kaum kafir), maka sungguh orang itu termasuk golongan mereka”. (Al-Maidah: 51)
“Sesungguhnya keluarga bani fulan itu bukan orang-orang yang membantuku”. (Muttafaq ‘Alaih)
44
Siapakah wali itu?
Wali adalah seorang mukmin yang bertaqwa.
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Yunus: 62)
“Sesungguhnya waliku (penolongku) adalah Allah dan kaum mukminin yang shalih (Muttafaq ‘Alaih)
45
Dengan apa kaum muslimin wajib berhukum?
Mereka wajib berhukum dengan Al Qur’an dan Hadits.
“dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah”. (Al-Maidah: 49)
“Allah merupakan Pembuat Hukum dan kepada-Nya tempat kembali”. (HR. Ahmad)
46
Untuk apa Allah menurunkan Al Qur’an?
Allah menurunkan Al Qur’an untuk di amalkan isinya.
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. (Al-A’raf: 3)
“Bacalah Al Qur’an dan amalkanlah, jangan mencari makan dengannya dan jangan menganggap sudah banyak membacanya”. (HR. Ahmad)
47
Bolehkah kita menganggap cukup dengan Al Qur’an tanpa Hadits?
Tidak, kita tidak boleh menganggap cukup hanya dengannya tanpa Hadits.
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka”. (An-Nahl: 44)
“Ketahuilah, bahwa saya diberi Al Qur’an dan yang menyerupainya (Hadits) sekaligus”. (HR. Abu Daud)
48
Bolehkah kita dahulukan suatu pendapat atas firman Allah dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ?
Jangan, kita tidak boleh mendahulukan kata atau pendapat siapapun atas kedua hal tersebut.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Al-Hujurat: 1)
“Tiada keta’atan kepada seorangpun dalam hal kemaksiatan, sesungguhnya keta’atan itu hanya dalam hal kebajikan”. (Muttafaq ‘Alaih)
49
Jika kita berselisih, apa yang harus kita perbuat?
Kita kembali ke Al Qur’an dan Hadits yang shahih.
“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul-Nya (Hadits) ..”. (An-Nisa: 59)
“Saya tinggalkan untuk  kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh kepadanya, Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. (HR. Malik, shahih lighairih)
50
Adakah dalam agama Islam itu Bid’ah Hasanah?
Tidak, dalam agama tidak ada Bid’ah Hasanah.
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (Al-Maidah: 3)
“Jauhilah perkara-perkara baru, sesungguhnya perkara baru itu adalah Bid’ah dan setiap Bid’ah adalah tersesat”. (HR. Abu Daud, shahih)
51
Apakah Bid’ah dalam agama itu?
Yaitu segala sesuatu yang tidak berdasar  kepada dalil syara’.
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (As-Syura: 21)
“Barangsiapa yang melakukan perkara baru (Bid’ah) dalam agama tidak sesuai dengan perintah saya adalah tertolak”. (Muttafaq ‘Alaih)
52
Adakah dalam Islam itu Sunnah yang baik?
Ya, seperti orang yang memulai melakukan amal kebajikan agar diikuti.
“.. dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Furqan: 74)
“Barangsiapa yang melakukan Sunnah baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya seperti pahala orang yang mengerjakannya setelah dia, tanpa berkurang sedikitpun”.  (HR. Muslim)
53
Sudah cukupkah jika seseorang itu hanya memperbaiki dirinya sendiri?
Tidak, ia harus memperbaiki diri sendiri dan orang lain.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari  yang mungkar ...”.  (Ali-Imran: 104)
“Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan hal itu adalah iman yang paling lemah”.  (HR. Muslim)
54
Kapan kaum muslimin mampu mendapatkan kemenangan?
Jika mereka mengamalkan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad: 7)
“Senantiasa ada diantara umatku sekelompok orang yang mendapat kemenangan”.  (HR. Ibnu Majah, shahih)

Karya: Syeikh Muhammad Jamil bin Zainu (Dosen Darul Hadits, di Mekkah)
Terjemah dan lay out: Ahmad Musthalih Afandi (Da’iyah di Markaz Da’watil Jaliyat di Jubail. KSA.) Telp. 03-3610077 Ext. 1033

Tidak ada komentar: