DI BAWAH LANGIT ILAHI


Mencoba merenungi makna hidup yang tengah dijalani, mencari jati diri yang masih bimbang ditelan peristiwa.

Menanti kapan semua akan berakhir, ahh belum kawan, perjuangan itu belum usai.
Masih menunggu air surga kembali menjamah kerongkonganku, hingga tak ada lagi lantunan syair selain menyebut asmamu.
Disini, di bawah langit sang pencipta,
aku,
dengan segala keterbatasan dan kelebihanku,
mencoba merubah apa yang menurutku tak pantas.
Semboyan itu : Amar Ma'ruf Nahi Munkar wa Fastabiqul Khairat akan terus menggema.
Tak lain dan tak bukan adalah untuk tuhanku,
berharap ridho atas semua perjuangan ini.
Disini, dibawah langit ilahi, aku sudah berjanji pada doa-doa itu,
akan kupersembahkan diriku bagi kebahagiaan dunia dan senyuman akhirat.
^_^

Jumat, 25 Februari 2011


 SENANDUNG MALAIKAT



Tik tik tik…
Hujan berdesis lirih
Bukan sebangsa ular
Karena memang hari itu sedang dililit kesusahan
Berbunyi rintik,sangat mengusik

Entah gerangan apa yang telah terjadi
Seakan terompet kiamat tengah memanggil
Sangat meringis,gunda gulana,mengusik kelana jiwa

Kucoba menerka,namun tak  jua tertebak
Suara itu masih  bertalu-talu
Air rintikan itu semakin menjadi-jadi
Gurindam perang menggema
Awan hujan berlapis asap hitam
Sangat mengerikan

Kembali menerka
Ah..
Kenapa belum jua tersibak
Masih berpikir,sangat kritis
Sedang lampu-lampu kota itu
Satu persatu pamit dari peraduannya
Hitam,pekat
Bumerang memanggil,rudal menyambut
Perang kembali terjadi


Ternyata ini..
Hujan itu adalah air mata
Air mata kesedihan,air mata kepiluan
Di atas sana sang malaikat tengah bersenandung sendu
Sangat lirih,mengusik pilu
Baru terpikir ….
Sebegitu parahkah hingga makhluk mulia itu turun tangan?

Senandung itu masih menjerit
Air mata itu masih tetap beradu
Aku tahu sekarang
Senandung itu,air mata itu
Adalah pelindung bagi perang diujung sana
Perang yang tak akan pernah berakhir
Perang dari zionis kafir yang terkutuk
Perang dari yahudi terlaknat

Gaza…
Palestina…
Nyawa-nyawa tak berdosa itu harus melayang
Pergi menghadap sang majikan
Sangat memilukan
Amat menyengsarakan kepulangan itu
Sungguh tak akan terpikir oleh indera

Ngung ngung ngung….
Bak lebah yang meminta makan
Mesin-mesin itu masih bertalu-talu di udara
Suara petir buatan itu masih menari-nari
Jeritan-jeritan itu masih sahut-menyahut
Tak bisa berbuat sesuatu,hanya sepenggal do’a yang terpanjat

Terjun satu mati seribu,diam ditempat atau mati konyol
Melawan atau dilawan,persis buah simalakama
Bantuan telah tiba,dari langit apalagi,dari bumi sangatlah pasti
Darat,laut,udara ….
Semua berjubel menghampiri,bak pahlawan disiang bolong
Terlambat memang,namun sangatlah bermanfaat
Ukhuwah telah berteriak,bagai satu tubuh yang merasa tersakiti
Panas satu,demam semua,begitu mengharukan!!!

Masih dengan strategi perang yang jitu
Lepas dari penjajahan,pikiranpun diracuni
Palestina telah hancur ,
Gaza punah ditelan trik kotor yahudi,zionis kafir sekutu iblis
Mari lihat diluar gaza
Perang kembali berkecamuk
Tapi bukan dengan rudal,bukan dengan nuklir
Namun dengan pemikiran

Sekarang bisa kau lihat
Perang itu sudah meracuni
Pemikiran itu sudah dimanipulasi
Semua sukses,iblis berjaya
Sekutu iblis berfoya-foya,sangat bodoh bukan?

Tak ada guna menggerutu,toh semua sudah terjadi
Tapi satu yang tak akan berakhir
Selama diri tak mau berpikir
Berjuang dari tipuan durjana itu
Tunggu saja senandung untuk kesekian kalinya

Bukan senandung belas kasih
bukan air mata penenang kesedihan
Tapi…
Senandung itu adalah cacian,air mata itu adalah makian
Cemohan atas kebodohan pikiran
Sindiran atas ketololan moral,kebiadaban iman,
dan kebengisan budi pekerti.


Tidak ada komentar: