BINGKISAN TERINDAH
Dalam keheningan malam…
Angin surga turun menjamah ubun-ubunmu
Selimut hangat menyelimuti tubuh mungilmu
Tersenyum manis menatap malam yang tak kian berganti
Lelah diperantauan…
Berulang kembali…
Diperantaun negeri orang..
Celoteh kian menganga,kian memaksa,kian menggoda
Tak berpikir hari esok..
Dering telepon berbunyi..
Dari kekasih tercinta,dari si ibu,dari si ayah,dari sahabat
Sangat megasyikkan…
Masih berulang hingga bertahun-tahun…
Semua sia-sia…
Tak ada perubahan,masih tetap seperti dulu
Masih tetap bersantai dengan kebodohan
Masih tetap asyik dengan kemaksiatan
Masih tetap bergantung pada orang lain
Sungguh memilukan,sungguh mencemaskan,sangat menyedihkan
Namun orang hanya bisa melihat
Tapi pribadi tak pernah mau diajak kompromi
Kembali terlena,tertipu kemegahan,berbohong demi kesenangan
Yang haram seolah halal,yang halal hanya numpang nama
Tak ada sedih,tak ada pilu
Hanya menuruti hawa nafsu masa muda
Masih tetap sama..
Tak ada perubahan,tetap seperti yang dulu
Para manusia yang dungu,para manusia berotak udang
Biarlah kasar,karena memang begitulah sekarang
Mengikuti trend,zaman modern
Tak ada lagi sunnah,tak ada lagi hijab
Tak perlu lagi mengaji,tak usah mengkaji ilmu agama
Itulah para manusia sekarang
Hidup mewah bak akan kekal seribu tahun
Sungguh bodohnya…
Apalagi bagi para penuntut ilmu di negeri perantauan
Ikut-ikutan,mejeng sana sini,butuh tinggal telpon
Dikirim,habis berfoya-foya
Sungguh terlalu,zaman memang edan
Melacurkan diri…
Seolah yang halal tak ada,banyak alasan
Padahal hanya mengikuti nafsu semata
Korupsi,kolusi,nepotisme…
Pemerkosaan,pembunuhan,perampokan,penipuan…
Suap menyuap,seks bebas,kriminalitas heboh lainnya
Tak usah kaget,tak perlu melotot tajam
Ini sudah biasa,ini adalah budaya
Kebiasaan yang tak asing lagi
Innalillah…
Ini kabar sedih kawan…
Dari ujung desa kolot sana
Si ibu telah meninggal,si ayah telah tiada
Keluarga telah menghadap illahi
Bencana telah merenggut semuanya
Sekarang si penuntut ilmu tengah sendiri
Tak ada siapa-siapa lagi
Tak ada tempat meminta lagi
Tak ada tempat bermanja-manja lagi
Sedih bukan?
Kenapa baru sekarang menyadari kawan
Kenapa penyesalan harus terjadi pada akhir peristiwa
Kenapa kawan?
Tak usah menangis..
Hapus air mata itu,hentikan isak tangis itu
Aku muak mendengarnya
Pernahkah terpikir?
Baju kebanggaanmu hanyalah kain kafan nantinya
Kendaraan termahalmu hanya akan beralaskan lahat
Wajah menawanmu hanya akan tertutup kapas-kapas putih
Semua jerih payahmu selama ini hanya tertinggal diatas bumi
Sedang kau..
Hanya akan membawa tujuh helai kain putih
Hanya beralaskan tanah merah yang kotor
Berdampingkan cacing-cacing yang menggelikan
Semua belum sia-sia kawan
Bingkisan akhiratmu belum berakhir
Bekal akhiratmu masih bisa kau raih
Sekarang,berubahlah!
Raihlah hidayah itu sekali lagi..
Persembahkan prestasi-prestasi gemilangmu untuk orang tuamu tercinta
Bagi makhluk-makhluk yang kau sayangi
Bagi semua yang kau cintai
Karena kelak bingkisan terindah yang kau persembahkan itu
akan mengguncangkan singgasana langit
Bingkiskan senyuman penyemangat hidup
Bagi kehidupan baru kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar